MALANGVOICE – Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko meresmikan makam delapan karateka “Pahlawan Cinta Kasih” di Kelurahan Ngaglik sebagai ikon baru Kota Batu. Peresmian tersebut dilakukan sebagai rangkaian HUT ke 21 Kota Batu.
Menurutnya, ikon baru Kota Batu, sebagai bukti teguhnya karakter dan mental yang patut ditanamkan kepada generasi muda. Pusara delapan karateka itu menyiratkan cinta kasih dan moral yang tinggi. Kedelapan karateka itu meninggal setelah mengalami tragedi memilukan pada 5 September 1976 silam.
Mereka gugur dihempas gelombang ombak Pantai Ngliyep, Kabupaten Malang. Jenazah delapan karateka yang mendapat julukan “Pahlawan Cinta Kasih” itu kemudian dimakamkan di sekitar Jalan Suropati, Kelurahan Ngaglik dan diabadikan menjadi sebuah gang bernama Gang Karate.
Baca juga: Rembuk Nasional Suporter Sepakbola Pada Momentum yang Tepat
Baca juga: Makam 8 Karateka yang Gugur Diusulkan Jadi Ikon Baru Kota Batu
“Semoga monumen ini bisa menjadikan kita terus ingat, cinta kasih akan mengalahkan kekuatan apapun. Sebagai generasi muda kita harus bisa saling menghormati dan semoga kita semua bisa berbuat kebaikan dengan cinta kasih,” ujar Dewanti.
Menurut Dewanti, makam delapan karateka itu patut ditonjolkan sebagai bentuk kebanggaan Kota Batu yang menjadi pusat perguruan karateka Kyokushinkai sejak 7 Mei 1967 itu. Kiprah perguruan ini bahkan juga sudah ada ketika Kota Batu masih berstatus sebagai wilayah kecamatan.
“Kiprahnya terus berkembang. Saat ini Perguruan Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Karate-Do Indonesia telah memiliki 88 dojo aktif yang tersebar di 18 provinsi se-Indonesia,” kata Dewanti.
Baca juga: Cak Udin Terjunkan Relawan Bantu Korban Terdampak Banjir Malang Selatan
Baca juga: Tim Polinema Raih Silver Medal Lewat Inovasi E-MAS
Baca juga: Kapolda Jatim Umumkan Autopsi Korban Kanjuruhan Dibatalkan
Kedelapan karateka yang gugur yakni Rudy Sono, Joe Tjie Tjoen, Juli S, P. Welly Chandra, Poo Tjie Kiong, Tan Joe Toeng, Bambang Winarto, dan Bambang Wijaya. Mereka dikuburkan dalam satu liang lahat dan di atasnya ditutupi dengan pasir putih yang didatangkan dari Pantai Ngeliyep.
Selain delapan karateka, dalam satu liang kubur yang sama juga disemayamkan pendiri perguruan karateka Kyokushinkai sekaligus guru besar, Shihan Nardi T. Nirwanto. Shidan menghembuskan nafas terakhirnya pada 22 September 2009 di RSSA Malang.
Baca juga: Pemkot Malang Wacanakan Renovasi Stadion Gajayana untuk Home Base Singo Edan
Baca juga: 1.939 Keluarga di Malang Selatan Terdampak Banjir dan Tanah Longsor
Baca juga: Perkara Mertua Dilaporkan Mantan Menantunya Memasuki Babak Baru
Perwakilan keluarga mendiang karateka, Setia Budhijanto, mengatakan, tragedi Pantai Ngliyep menjadi kejadian yang tak akan terlupakan. Ia berharap, Perguruan Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Karate-Do Indonesia melahirkan manusia-manusia bermental baja dan memiliki spiritual tinggi.
“Perguruan ini adalah tempat penggemblengan mental spiritual dengan disiplin tinggi dan berkemampuan mawas diri, semoga akan melahirkan manusia-manusia yang berkualitas,” katanya.(end)