Makam 8 Karateka yang Gugur Diusulkan Jadi Ikon Baru Kota Batu

Makam delapan karateka di Gang Karate, Kelurahan Ngaglik bakal diusulkan sebagai ikon baru Kota Batu. (MVoice/M. Noer Hadi).

MALANGVOICE – Nama Gang Karate yang berada di Jalan Suropati, Kelurahan Ngaglik begitu familiar bagi masyarakat Kota Batu. Penamaan Gang Karate merupakan bentuk penghormatan penduduk setempat kepada delapan karateka yang disemayamkan di wilayah itu.

Kedelapan karateka itu meninggal setelah mengalami tragedi memilukan pada 5 September 1976 silam. Kedelapan karateka itu gugur dihempas gelombang ombak Pantai Ngliyep, Kabupaten Malang.

Jenazah delapan karateka yang mendapat julukan “Pahlawan Cinta Kasih” itu kemudian dimakamkan di sekitar Jalan Suropati, Kelurahan Ngaglik dan diabadikan menjadi sebuah gang bernama Gang Karate.

Baca juga : Event Padhang Bulan, Disparta Berkomitmen Bangkitkan Ikon Wisata Budaya Kota Batu

Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko pun memiliki niatan untuk menetapkan makam delapan karateka yang gugur sebagai ikon baru Kota Batu. Rencananya, penetapan itu bakal digarap tepat saat hari jadi Kota Batu 17 Oktober mendatang.

Inisiasi tersebut muncul setelah pihaknya menerima kunjungan dari Pimpinan Pusat Perguruan Pembinaan Mental Karate Kyokunshinkai Karate-Do Indonesia, Kaicho Liliana Herawati pada Juli lalu.

Menurut Dewanti, makam delapan karateka itu patut ditonjolkan sebagai bentuk kebanggaan Kota Batu yang menjadi pusat perguruan karateka Kyokushinkai sejak 7 Mei 1967 itu. Kiprah perguruan ini bahkan juga sudah ada ketika Kota Batu masih berstatus sebagai wilayah kecamatan.

Baca juga : Perusahaan Asal Jakarta Melirik Peluang Proyek Kereta Gantung di Kota Batu

“Kiprahnya terus berkembang. Saat ini Perguruan Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Karate-Do Indonesia telah memiliki 88 dojo aktif yang tersebar di 18 provinsi se-Indonesia,” kata Dewanti.

Kedelapan karateka yang gugur yakni Rudy Sono, Joe Tjie Tjoen, Juli S, P. Welly Chandra, Poo Tjie Kiong, Tan Joe Toeng, Bambang Winarto, dan Bambang Wijaya. Mereka dikuburkan dalam satu liang lahat dan di atasnya ditutupi dengan pasir putih yang didatangkan dari Pantai Ngeliyep.

Selain delapan karateka, dalam satu liang kubur yang sama juga disemayamkan pendiri perguruan karateka Kyokushinkai sekaligus guru besar, Shihan Nardi T. Nirwanto. Shidan menghembuskan nafas terakhirnya pada 22 September 2009 di RSSA Malang.

Baca juga : Geliatkan Pamor Kawasan Songgoriti sebagai Destinasi Wisata Budaya Kota Batu

Dewanti juga berharap agar Kejurnas Hanshi Nardi Memorial Cup VII yang sejatinya akan digelar November mendatang di Surabaya, bisa digelar di Kota Batu dengan memperebutkan Piala Wali Kota Batu.

“Jika event itu bisa dilaksanakan, kami berjanji untuk memfasilitasi agar kejurnas bisa berjalan dengan lancar. Hal ini juga sebagai salah satu penghormatan pemkot bagi pendiri perguruan Hanshi Nardi T. Nirwanto S.A,” pungkas dia.(end)