MALANGVOICE– Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 menewaskan 135 orang. Peristiwa kelam yang terjadi saat laga Arema FC vs Persebaya itu seolah pudar dari ingatan massa. 135 korban jiwa dipicu tindakan eksesif aparat keamanan.
Proses hukum atas tragedi di lapangan hijau itu hanya menyasar aktor lapangan. Vonis pengadilan seakan memperkuat rantai impunitas. Para terdakwa dijatuhi hukuman ringan, bahkan beberapa diantaranya dinyatakan bebas dari tuntutan hukum.
Tuntutan keadilan bagi keluarga korban tragedi Kanjuruhan disuarakan Miftahudin Ramli atau akrab disapa Midun (52). Pria yang tercatat sebagai aparatur sipil negeri (ASN) Pemkot Batu, rela menempuh perjalanan jalur pantura sejauh 800 kilometer dengan mengayuh sepeda modifikasi.
Baca juga:
Moreno Ajak Kader Gerindra Teladani Semangat Pejuang Kemerdekaan RI
Rider Astra Honda Raih Podium Kedua di Balapan Perdana IATC 2023
Ketua IKA UB Ajak Donasi untuk Sultan Rifat di PPKMB FISIP UB
Jelang Jamu Persib, Arema Revisi Jersey Salah Tulis Angka Jumlah Korban Tragedi Kanjuruhan
100 Hari Tragedi Kanjuruhan, Manajemen Arema Gelar Doa Bersama
Sepedanya dimodifikasi menarik keranda diselimuti kain hitam bertuliskan ‘Justice for Kanjuruhan’ pada sisi kiri dan ‘Football Without Violence’ di sebelah kanan. Midun berangkat dari Kota Batu pada 3 Agustus lalu menuju Jakarta. Setibanya di ibu kota negara pada 14 Agustus, ia langsung menuju Stadion Gelora Bung Karno.
“Bersyukur perjalanan lancar, nggak kesasar. Semuanya dimudahkan,” kata Midun saat berada di rumahnya di Kampung Hendrik, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu.
Baca juga:
Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tak Ingin Dijadikan Kambing Hitam Dalam Aksi Apapun
Tim Investigasi dan Advokasi Tragedi Kanjuruhan Sesalkan Ucapan Polisi Soal Pembongkaran Stadion
Tragedi Gas Air Mata Kanjuruhan, Keluarga Korban: Anak Saya Kayak Diracun
Arema Nyatakan Sikap Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan dan Transformasi Sepak Bola Indonesia
Tersangka Tragedi Kanjuruhan Ditahan, Kuasa Hukum Abdul Haris Bikin Surat Permohonan ke Penyidik
Midun tiba di Kota Batu pada 16 Agustus lalu dengan naik pesawat. Ia pulang cepat karena rindu keluarga di rumahnya dan ingin mengikuti malam tirakatan peringatan HUT ke-78 RI. Kedatangannya membuat kaget tetangga-tetangganya yang sudah menyiapkan penyambutan. Sementara sepeda modifikasinya dikirimkan melalui jasa ekspedisi.
“Sudah rindu keluarga dan ingin ikut malam tirakatan di kampung. Tiket pesawatnya dikirimi, siapa yang ngirim, saya juga nggak kenal. Tiba-tiba ada yang minta foto KTP saya, lalu sudah ada yang mengirimkan tiket,” ujar Midun.
Baca juga:
Kritis 21 Hari, Aremania Korban Tragedi Kanjuruhan Meninggal Dunia
Tim Gabungan Aremania dan KontraS Nyatakan Sikap dari Hasil Investigasi Tragedi Kanjuruhan
LPSK Beri Perlindungan 20 Pemohon dan Soroti Rekaman Video CCTV Tragedi Kanjuruhan
Ungkap Fakta, KontraS Desak Adanya Autopsi Korban Tragedi Kanjuruhan
Selama 12 hari berpetualang dalam perjalanan ekpedisi lintas stadion, ia menangkap berbagai kesan dan kenangan. Sudah 20 stadion yang disinggahinya. Mulai Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang; Stadion Gajayana, Malang; Stadion Delta, Sidoarjo; Stadion Bung Tomo, Surabaya; Stadion Joko Samudro, Gresik; Stadion Surya Jaya, Lamongan hingga Stadion GBK Jakarta yang menjadi pemberhentian terakhirnya.
Kunjungan ke sejumlah stadion itu sebagai pengingat sekaligus agar kejadian kelam tak terulang di lapangan hijau. Ada pesan tersirat yang ditangkap Midun selama perjalanan panjang. Sepak bola menjadi pemersatu, bukan gelanggang kekerasan. Rivalitas suporter cukup 90 menit selama pertandingan. Selebihnya mereka bagian dari masyarakat sepak bola Indonesia yang menjunjung kerukunan antar suporter.
Kerukunan antar suporter dirasakan Midun saat melakukan perjalanan panjang menuju ibu kota. Dia disambut hangat oleh suporter bola di daerah yang disinggahinya. Para suporter juga bermurah hati memberikan uluran tangan. Seperti saat tiba di Surabaya yang disambut suporter Bonek yang dikenal memiliki rivalitas tinggi dengan Aremania. Terlebih tragedi Kanjuruhan pecah usai laga panas antara Arema FC dan Persebaya.
Kapolri Bongkar Peran Enam Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Jumlah Bisa Bertambah
Saksi Aremania Rasakan Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan Lebih Perih, “Seperti Film Horor”
Temui Korban, Jokowi Dengarkan Langsung Peristiwa Tragedi Kanjuruhan
Mahfud MD Pimpin TGIPF Usut Tragedi Kanjuruhan
Kelompok suporter Bonek turut mengawal perjalanan Midun hingga batas kota. Empati semacam itu juga diberikan suporter-suporter di sepanjang rute yang dilaluinya. Sama halnya tatkala masuk wilayah Viking suporter Persib Bandung. Midun dikawal menuju persinggahan selanjutnya hingga dioper ke Jakmania, suporter Persija Jakarta. Ketegangan keduanya itu lenyap dengan misi perdamaian Midun. Bantuan yang diberikan para suporter meruntuhkan sekat rivalitas.
“Bersyukur hajat ini dimudahkan. Disambut suporter Lamongan, Tuban, Rembang terus sampai Jakarta. Ya semacam ada serah terima. Habis dikawal suporter ini kemudian dititipkan ke suporter lainnya. Semacam itu, terus sampai Jakarta,” ucap Midun.
Baca juga:
Komnas HAM Fokus Investigasi Tragedi Kanjuruhan, Mulai Kekerasan Sampai Penyebab Korban Meninggal
Komnas HAM Kantongi Data Awal dan Video Tragedi Kanjuruhan, Dalami Penggunaan Gas Air Mata
KontraS Beber Dua Temuan Penyebab Ratusan Korban Dalam Tragedi Kanjuruhan
Soal makanan, ia tak pernah kekurangan karena selalu saja ada yang memberinya bekal secara cuma-cuma. Misalnya, saat tiba di Brebes, ia dibawakan sekeranjang telur asin. Kerandanya yang semula kosong, terisi penuh bekal makanan. Sampai-sampai sepeda yang dikayuhnya semakin berat.
“Dari sini keranda kosong, makin ke sana makin berat. Paling sulit saat lewat Alas Sroban. Itu jalur rungkat, ya nyurung, ya ngangkat,” kata Midun sembari tertawa.
Menurutnya, para suporter yang dijumpainya menaruh perhatian atas sejarah kelam sepak bola. Para suporter mendukung agar tragedi Kanjuruhan diusut tuntas.
“Mereka meminta agar kasus itu dikawal demi kejelasan hukum,” ujar Midun.(der)