MALANGVOICE – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang mendapat penghargaan Predikat TPID Cerdas dan Cermat Mengawal Inflasi Daerah (Kucecwara) 2023.
Penghargaan itu diberikan KPwBI Malang dalam kegiatan Sinergi Menuju Ekonomi yang Kreatif, Tangguh, Teruji dan Terdigitalisasi (Sekartaji), Selasa (30/4).
Penghargaan itu diberikan atas dedikasi TPID Kota Malang yang secara aktif dan progresif dalam menekan laju inflasi. Penghargaan ini berikan kepada Kota Malang, yang masuk dalam nominasi TPID Kucecwara 2023 dengan indikator Indeks Harga Konsumen (IHK).
Baca Juga: Ditipu Makelar Kasus Rp2,2 Miliar, Nenek di Kota Batu Lapor Polda Jatim
Dukung Vokasi, MPM Honda Jatim Gelar Sarasehan SMK TBSM Honda 2024
Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat menerima penghargaan tersebut dari Kepala KPwBI Malang Febrina bersama Deputi Kepala KPwBI Jawa Timur Noor Nugroho.
Wahyu mengaku lewat penghargaan ini akan menjadikan motivasi lebih agar bisa mengendalikan inflasi.
“Dengan penghargaan hari ini menjadi motivasi bagi kami agar ke depan kami bisa memacu semangat lagi dari TPID, untuk bisa terus mengendalikan inflasi,” ungkap Wahyu.
Dikatakan Wahyu, melalui TPID Kota Malang sudah banyak program untuk menekan inflasi. Salah satu andalannya adalah program pasar murah dan Warung Tekan Inflasi.
“Kami juga sudah mendapatkan ide baru, ini dari BUMD Tugu Tunas yang merencanakan (Pasar Murah) digelar di setiap kelurahan. Tentu ide ini bisa mengendalikan inflasi, dengan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat,” lanjutnya.
Melalui program itu, Kota Malang mengalami deflasi di awal 2024.
“Terbukti sejak 2023 hingga 2024 awal, memang inflasi di Kota Malang ini terkendali. Biasanya ada kenaikan harga barang pokok di momen Natal dan tahun baru, namun ini bisa dikendalikan dengan baik. Bahkan, di awal 2024 di Kota Malang mengalami deflasi,” tegasnya.
Sementara itu Deputi Kepala KPwBI Jawa Timur M. Noor Nugroho menjelaskan, bahwa penting sekali menekan laju inflasi. Karena, dengan inflasi yang terkendali maka harga bahan pokok dan nilai tukar uang rupiah, masih dalam tahapan yang normal.
“Naiknya harga barang pokok, ini bisa menurunkan daya beli masyarakat. Apabila ini ternjadi, tentu akan berbahaya bagi masyarakat dan proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya daerah di wilayah Jawa Timur,” pungkasnya.
Menurutnya inflasi saat ini terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah krisis geo politic.
“Terutama invasi serangan Iran ke Israel. Itu semua dalan rangka menjadi tantangan karena satu sisi harga minyak dunia meningkat itu mendorong harga BBM naik, ditambah nilai tukar rupiah melemah,” tutupnya.(der)