Wawan Saktiawan, Sang ‘Penjual Ludah’ Profesional…

Wawan Saktiawan alias Amir Gunawan. (fathul)

MALANGVOICE – Stand Up Commedy sangat dikenal di Indonesia, saat ini. Beberapa komikus dilahirkan oleh komunitas stand up commedy yang ada di Malang, salah satunya adalah Wawan Saktiawan (28).

Alumni Universitas Brawijaya ini sudah melanglang ke beberapa kota besar sejak menjadi komikus tahun 2011 lalu, seperti Surabaya, Sidoarjo, Palangkaraya, Kupang, dan Malang Raya. Ia selalu menyiapkan diri dengan joke-joke segar supaya materinya tetap update.

“Dulu ikut kontes stand up di Liga Komunitas Kompas TV. Sayangnya TV ini nggak nasional, jadinya saya nggak terkenal. Beda sama ikut di Metro TV,” ujar Wawan, memberi alasan kenapa ia tidak seterkenal komikus lainnya.

Ia pun menyebutkan beberapa temannya yang sudah lebih dulu bergabung di Komunitas Stand Up Commedy Indo Malang, Jalan Jakarta, Malang, dan sudah terkenal, seperti Arie Kriting, Abdur, Regi Hasibuan, dan Dani Aditya seorang komikus difabel.

Di komunitasnya, lanjut pria bernama asli Amir Gunawan ini, para komik diajari dasar-dasar menjadi komedian yang diberikan secara reguler. Anggota komunitas juga dianjurkan membuat materi lucu setiap hari dan tidak menggantungkannya pada mood personal.

“Ide materi lucu bisa didapat di mana saja, misalnya kami melihat ada angkutan, atau kereta api, melihat mahasiswa, orang pacaran, itu semua bisa jadi materi lucu kok kalau kita ubah cara pandang yang biasa,” jelas Wawan.

Usai pemberian materi, seminggu sekali diadakan open mic untyk mengasah mental komikus di depan audience. Tidak lupa, workshop stand up commedy pun sering dilakukan dengan mengundang komikus senior ataupun mereka yang sudah populer lebih dulu.

“Open mic biasanya di Kafe Loughboratorium, di Jalan Jakarta. Nah, di sini kita menguji materi, apakah sudah lucu? Kalau lucu ya penontonnya pasti ketawa. Itu aja cara mengetahuinya,” sambung Wawan.

Dari seluruh penampilan yang pernah ia lakukan, lanjutnya, berdiri di panggung mahasiswa baru Universitas Brawijaya adalah yang paling berkesan. Di hadapan 5000-an mahasiswa, Wawan merasa sudah menjadi komik besar. “Apalagi saat mereka tertawa, itu keren,” tukasnya.

Dikatakan, menjadi komikus merupakan pilihan hidupnya. Wawan sering melogikakan pekerjaannya ini sebagai “dodolan idu” alias jualan ludah. Sebagai komik profesional, stand up commedy sudah bisa menjadi ladang mencari uang karena jasanya dihargai mahal.

“Kalau kita bisa membuat materi bagus, pasti job juga semakin bagus,” tandas mahasiswa Teknologi Industri Pertanian ini.-