MALANGVOICE– Dua tahun lalu, tepatnya pada 4 November 2021 masyarakat Kota Batu terperanjat karena banjir bandang menerjang Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji.
Peristiwa itu menewaskan 7 orang dan merusak 35 rumah yang tersebar di enam titik. Bencana itu diluar prediksi karena wilayah tersebut tidak memiliki catatan historis dan secara geografis relatif aman dari ancaman banjir bandang.
Peristiwa kelam itu dipicu bendungan alam berupa tanah dan pepohonan tumbang imbas kebakaran hutan di kawasan Gunung Arjuna pada 2019 lalu. Bendungan alam tersebut lantas jebol saat hujan mengguyur dengan intensitas tinggi yang mengakibatkan terjadinya banjir bandang. Air mengalir deras ke arah hilir membawa material kayu dan batu-batuan serta lumpur.
Langkah mitigasi ditempuh BPBD Kota Batu bersama TNI, Polri, Perhutani, Tahura Raden Soerjo, perangkat Kecamatan Bumiaji dan Pemdes Bulukerto dibantu relawan. Tim gabungan itu melakukan susur sungai di bekas aliran banjir bandang. Susur sungai digelar selama dua hari mulai 15-16 November.
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu menuturkan, upaya itu bentuk kesiapsiagaan mengantisipasi munculnya bencana banjir. Terlebih saat ini memasuki musim penghujan. Tim dibagi dua regu untuk melakukan survei dan mendata titik persebaran bendungan alam di Pusung Lading, Bukit Pucung, Desa Bulukerto. Area itu masuk dalam kawasan lereng Gunung Arjuna.
“Di sana masih ditemukan tumpukan pohon-pohon tumbang dan timbunan tanah yang tergerus arus air. Tersebar di beberapa titik. Sifatnya pendataan kembali untuk menentukan tindakan. Semisal, apakah pohon-pohon yang tumbang dipotong atau disingkirkan menjauh dari aliran air,” papar Agung.
Baca juga:
Arema Rekrut Gelandang Asal Kolombia, Julian Guevara
Pesona Tabebuya Hiasi Jalanan Kota Malang, DLH Tanam Sejak 2015
DPUPRPKP Kota Malang Minta Pengembang Percepat Serahkan PSU
Best Academy & Comumunity dan Singhasari Resort Berselisih Gara-gara Pemasangan Papan Reklame
Lebih lanjut, Agung juga mewaspadai dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan yang terjadi di kawasan Gunung Arjuna pada pertengahan September 2023. Lahan hutan yang terbakar di Gunung Arjuna wilayah Kota Batu seluas 917 hektar. Karhutla tersebar di beberapa titik antara lain Curah Wirang, Gunung Kembar 1 dan 2 serta Curah Wedi yang merupakan hulu Sungai Krecek.
“Pesan dari bu gubernur untuk memperhatikan dampak kebakaran hutan. Dikhawatirkan terjadi erosi yang membentuk bendungan alam. Karena tidak ada penahannya lantaran banyak tanaman tegakan yang mati,” terang Agung.
Baca juga:
Aliansi Selamatkan Malang Raya Soroti Revisi Perda RTRW Kota Batu
Aliansi Malang Raya Menilai Perubahan Perda RTRW Kota Batu Ancaman bagi Ruang Hidup
Pembangunan Rumah Baru Warga Terdampak Banjir Bandang Dikebut
Dua Tahun Vakum, Susur Hulu Sungai Brantas Kembali Digelar PJT I
Ancaman Bencana Mengintai Kota Batu Meskipun Skor IRB Turun
Kepala Desa Bulukerto Suhermawan menjelaskan dari susur sungai ini menjadi bentuk kesiapsiagaan bersama mencegah kejadian banjir bandang agar tidak terulang lagi. Hasil dari susur sungai ini nanti berupa data jumlah longsoran, disposal. material hingga bendung alam yang ada.
“Dari data itu kan keliatan seberapa parah potensi kerawanan terjadinya bendung alam. Jadi misal dari data yang didapat nanti parah, akan dilakukan pembersihan,” jelas Mawan, sapaan akrabnya.
Mawan menjelaskan pemetaaan dilakukan di 2 jalur yang ada di kawasan hulu Pusung Lading. Sejauh ini, berdasarkan data existing terakhir pada 22 Oktober 2022 lalu, total ada 28 titik longsor, 19 kayu sar dan disposal berupa clay dan batu.
“Sekarang, datanya kami update lagi. Takutnya kan ada tambahan penumpukan,” ujarnya.
Mawan menerangkan jika potensi bendung alam yang terjadi di sana besar kemungkinan terjadi mengingat fenomena kebakaran hutan dan lahan yang marak pada 2023 ini. Mawan khawatir, ada terjadi penumpukan material kayu dan sampah alam di kawasan hulu.
“Intinya, kami tidak ingin banjir bandang jilid 2 di desa kami jangan sampai terulang,” tegasnya.(der)