Kaya Imajinasi dan Meluap-luap

Lintang Pandu Pratiwi saat bercerita didampingi ayahnya, Mujab Wijaya. (Fathul/MalangVoice).

MALANGVOICE – Tidak banyak yang tahu bahwa salah satu warga di Kota Batu punya talenta yang patut diapresiasi.

Adalah Lintang Pandu Pratiwi (22) yang telah menelurkan tiga karya apik terkait dongeng nusantara. Bahkan kini, tiga bukunya juga sedang dalam proses cetak oleh salah satu penerbit mayor di Indonesia.

Salah satu karya yang dibawa ke hadapan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yambise, dan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawangsa berjudul ‘Kumpulan Kisah Klasik Indonesia.’

Buku itu juga yang mendapatkan apresiasi dari Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait dan Psikolog Anak Setto Mulyadi.

“Senang sekali mendapatkan support dari beliau-beliau. Ini akan menambahkan semangat saya untuk berkarya lebih baik lagi,” ucap Lintang saat MVoice berkunjung ke rumahnya di Gading Mas Regency Kav 20, RT 24/RW 4, Kajang Lor, Mojorejo, Junrejo, Batu.

Perempuan cantik kelahiran 1992 ini memiliki imajinasi yang kaya dan meluap-luap. Ia tidak berhenti bergerak saat ngobrol dengan MVoice ketika menceritakan prestasinya di waktu lampau.

Judul buku anak yang telah diterbitkannya berjudul Kumpulan Kisah Klasik Indonesia, Princess Muslimah, Dongeng Klasik Indonesia Si Leungli. Sementara yang masih dalam proses penerbitan adalah Nyanyian Putri Air, Jalan Suka Hati Penuh Taman, dan Story Book Papua.

Selain pintar membuat cerita, Lintang juga pandai menggambar sehingga berkali-kali mendapatkan juara di tingkat Provinsi hingga pameran tingkat nasional.

“Saya pernah juara 2 menggambar tingkat Provinsi Jateng, juga finalis di Yayasan Seni Rupa Indonesia sehingga bosa ikut pameran di Galeri Nasional,”cerita gadis kelahiran Wonosobo ini.

Salah satu buku Lintang yang berjudul Story Book Papua saat ini sedang proses penerbitan oleh sebuah yayasan yang concern di bidang pendidikan di Papua kerja sama dengan donatur dari Australian Aid Program dan World Vision.

“Sebenarnya terbitan buku saya sejak 2014, jadi baru tahun kemarin. Saya memang berinisiatif mengirimkan gambar dan contoh cerita ke Gramdia dan Elexmedia, ternyata diterima,” kenang lulusan Jurusan Desain Komunikasi Visual, UM tersebut.

Kini ia sudah mulai menemukan bentuk dan metode sendiri hingga bisa membuat dongeng 100 halaman dalam waktu 1 bulan. Padahal sebelumnya, ia membutuhkan waktu selama 3 bulan.

Ia mengakui bahwa kemampuannya menggambar dan menulis cerita sedikit banyak adalah turunan dari orang tuanya, Mujab Wijaya, yang hobi menulis. Bahkan bukan hanya Lintang, adiknya, Galuh Pandu Pratiwi juga punya jiwa seni namun lebih ke realis daripada ke dongeng.

“Dulu dinding kamar mereka berdua penuh coretan, kami turut bangga punya anak seperti mereka,”tambah ibu Lintang, Widayati Sri Wulandari

Ke depan, Lintang berharap dapat semakin aktif dan kreatif dalam berkarya. Cita-citanya adalah ingin menulis kisah anak-anak dari seluruh penjuru negeri Indonesia yang kaya budaya. Ia yakin, suatu saat nanti pasti bisa.-