MALANGVOICE – Momen HUT ke-110 Kota Malang, Pj Wahyu Hidayat mengajak napak tilas jejak sejarah. Rombongan berangkat usai upacara di Balai Kota Malang, Senin (1/4).
Bersama perangkat daerah dan Forkopimda, Pj Wahyu Hidayat menaiki bemo mengunjungi enam tempat, yaitu Stasiun Kotabaru, Gedung KNPI, Kantor Bank Indonesia, KPPN, Alun-alun Merdeka, dan Gedung Kesenian Gajayana.
Wahyu mengungkap alasan mengendarai kendaraan roda tiga yang sempat merajai kendaraan umum di Kota Malang itu.
Baca Juga: Keluarga Selebgram Aghnia Punjabi Bantah Sering Telat Bayar Gaji Pengasuh Anak
Kuasa Hukum Ungkap Motif Gaji Terlambat di Kasus Penganiayan Anak Aghnia Punjabi
“Saya ingat saat sekolah dulu, SMP tahun 80 an lulus kemudian SMA zaman itu masih ada bemo. Jadi ada kenangan naik bemo,” ungkap Wahyu.
Setelah dari 6 tempat itu, orang nomor satu di Pemkot Malang itu terlihat ingin menggali banyak informasi sejarah yang cenderung banyak terlupakan. Hal itu sesuai dengan yang pernah diutarakannya tentang keinginannya mengenang kembali sejarah-sejarah lama Kota Malang.
Hasilnya, banyak pencerahan yang didapatkan dari Napak tilas itu. Ditemui di lokasi terakhir di gedung kesenian Gajayana, Wahyu dengan didampingi Sekretaris Daerah Kota Malang dan Kadisdikbud Kota Malang, Wahyu menjelaskan alasannya melaksanakan napak tilas ini.
“Tujuan utamanya tentu dalam memperingati HUT Kota Malang, ASN dan masyarakat harus mengetahui sejarah yang sebenarnya, jadi lebih pas kalau merayakan dengan tahu bagaimana cerita sejarah Kota Malang yang sebenarnya,” kata Wahyu.
Wahyu lantas menceritakan saat mengunjungi Kantor Bank Indonesia dan KPPN. Dirinya menyimpulkan ada keterkaitan erat cerita sejarah yang dia dapatkan dengan asal usul hari ulang tahun Kota Malang tanggal 1 April. Wahyu juga mengamati saat di KPPN ada pegawai yang menggunakan pakaian Kolonial di Peringatan HUT Kota Malang ini.
“Banyak informasi yang saya dapatkan, tadi disana (Kantor BI dan KPPN) ceritanya punya keterkaitan, dan ada hubungannya dengan dipilihnya tanggal 1 April sebagai hari ulang tahun Kota Malang, “jelasnya.
“Tadi saat di KPPN, ada pegawai yang mengenakan pakaian kolonial, dan ada benarnya karena 1904 ini Kota Malang kan ada di masa penjajahan bukan lagi masa kerajaan, nah fakta ini juga perlu untuk diketahui oleh semuanya,” sambung Wahyu.
Selain itu, Wahyu juga sedikit bernostalgia dengan Gedung Kesenian Gajayana yang dipilih sebagai lokasi terakhir napak tilas. Wahyu mengatakan gedung yang punya sejarah ini perlu untuk dihidupkan lagi. Karena itu Wahyu menggagas rencananya resepsi HUT Kota Malang yang ke 110 ini nantinya bisa ditempatkan di gedung yang dulu bernama cendrawasih ini.
“Saya menikmati jadi seperti bernostalgia dengan masa kecil dulu, nah termasuk gedung kesenian ini. Dulu kan banyak pertunjukan kesenian disini, tapi sekarang sudah tidak pernah digunakan, padahal gedung ini punya sejarah. Rencananya nanti resepsi HUT akan dilaksanakan disini, harapannya gedung ini bisa seperti dulu lagi,” ungkapnya.
Dari Napak tilas ini, Wahyu berharap kedepan apa yang dilakukannya ini tetap dilanjutkan. Wahyu mengatakan masyarakat perlu mengetahui cerita Kota Malang ini agar kecintaannya kepada Kota Malang ini semakin besar sehingga dengan kecintaan itu masyarakat dapat turut serta mensukseskan program dan kebijakan pembangunan di Kota Malang.
“Harapannya hal ini (Napak tilas) bisa terus dilanjutkan. Semakin tahu sejarah Kota Malang, mudah-mudahan kecintaan masyarakat terus bertambah. Dan kecintaan itu bisa diwujudkan dengan ikut mensukseskan program dan kebijakan pembangunan Pemerintah Kota Malang,” tutupnya.