Deteksi Disabilitas Siswa Perlu Partisipasi Guru

Suasana pelatihan yang digelar di Dinas Pendidikan (anja)

MALANGVOICE – Kota Malang dikukuhkan sebagai kota pelopor pendidikan inklusi (siswa berkebutuhan khusus) tahun 2012 lalu. Pemberian predikat itu lantaran Kota Malang telah menunjukkan kepedulian terhadap kaum difabel (cacat).

Namun, menurut perwakilan sekaligus trainer dari Yayasan Bhakti Luhur, Yuliana Eni, Kota Malang belum mempunyai data pasti jumlah siswa difabel, sehingga diperlukan partisipasi guru untuk mengidentifikasi siswa yang punya disabilitas.

Untuk melancarkan misi itu, Yayasan Bhakti Luhur Kota Malang, tahun ini mempunyai program PPRBM (Pusat Pengembangan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat) untuk memberikan skill pada guru SD kelas I dan II mengidentifikasi jenis-jenis atau ciri-ciri kecacatan yang dimiliki siswa.

“Para guru kami beri pelatihan mengidentifikasi anak tuna rungu, tuna grahita, tuna netra dan sebagainya. Misal, anak tuna netra tidak sama dengan mereka yang menderita low vision,” kata Eni.

Jika guru mampu mengidentifikasi kecacatan siswa, Bhakti Luhur bisa melakukan penilaian dan konfirmasi kebenaran data itu dan digunakan sebagai support data difabel Kota Malang.

“Setelah kami menerima laporan identifikasi dari guru bahwa ada anak difabel. Tugas kami memastikan ke kelurahan, bahkan keluarganya, apakah benar anak ini memiliki disabilitas,” katanya.

Jika data lengkap, diharapkan para difabel memperoleh layanan publik yang layak di bidang pendidikan, fasilitas, dan mencari pekerjaan.

Lebih lanjut, melalui program PPRBM, Yayasan Bhakti Luhur juga sudah melatih ratusan petugas sosial masyarakat, guru, kader posyandu, dan ibu PKK di kecamatan Klojen, Sukun, dan Kedungkandang.