Biar Hilang Ditelan Bumi

Aku memang sangat ingin beberapa teman kami tahu kalau kami berpacaran. Tentu itu tidak harus membongkar aib yang telanjur kami rawat bersama nyaris setiap malam di acara persetubuhan tak wajar. Barangkali kami bisa mengenalkan diri sebagai orang- orang yang dimabuk asmara, yang hanya terdiri dari dua tubuh dan dua jiwa selayaknya pasangan lain. Meski di dalam terjadi banyak peran yang kulakoni, aku berharap mereka hanya tahu kami sebagai pasangan biasa yang sedang berbahagia.

Hanya saja, Jeni tak menghendaki itu terjadi. Aku sudah tentu sering membujuknya, tetapi setiap kali usaha ini baru menyentuh langkah awal, Jeni langsung mengancamku. Dia bilang, “Sebaiknya kita mati saja deh! Atau, kamu sendiri yang mati dan jadi setan selamanya!”

“Aku tidak mengharap kematian kita,” kataku menyangkalnya. “Aku mencintaimu, Jeni. Dan kita bisa hidup seperti orang-orang biasa di luar sana.”

Sayangnya Jeni tidak dapat digoyah. Tingkahnya sebagai gadis normal di luar sana, di kehidupan mereka yang tidak benar-benar mengerti siapa dirinya, membuat semua ini semakin sulit. Sosok seperti Jeni ini punya prinsip yang tidak akan goyah, meski jelas- jelas itu membahayakan bagi orang lain.