Peternak Sapi Mengeluh, Ini Upaya Pemkot Batu

Peternak sapi perah di Dusun Brau Kota Batu saat memberikan makan sapi perahnya (Foto: Ayun/MVoice)

MALANGVOICE – Peternak sapi perah di Dusun Brau, Kota Batu, Heru Setiawan (28) mengungkapkan kondisi peternakan sapi perah saat ini kurang menguntungkan.

Pasalnya, harga susu yang diterima oleh peternak sapi perah rakyat saat ini masih sangat rendah. Sehingga tidak menutup biaya operasional.

“Kondisi saat ini sangat berat, harga susu masih sangat rendah, tak nutup biaya operasional,” ujarnya saat ditemui MVoice

Saat ini, harga susu segar di tingkat peternak berkisar Rp 5.400 per liter. Harga tersebut belum menutupi ongkos produksi yang harus dikeluarkan peternak.

Ia menjelaskan dalam satu hari, satu ekor sapi membutuhkan hingga 10 kilogram makanan. Sementara untuk harga per kilogram makanan sapi sekitar Rp 12 ribu.

“Ya kalau dihitung-hitung tidak menutupi kebutuhan. Dan kami berharap harga susunya dinaikan antara enam hingga tujuh ribu rupiah,” harapnya

“Pernah mengajukan kenaikan harga, tapi sangat sulit untuk naik harganya,” imbuhnya.

Namun, untungnya mereka digandeng dua koperasi, yaitu KUD Batu dan Koperasi Margo Mulyo.

Melalui koperasi ini mereka terbantu memenuhi kebutuhan permintaan susu sapi. Bahkan susu sapi perah mereka dikirim ke Bali dan beberapa daerah di Malang Raya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Imam Suryono mengatakan nantinya dusun tersebut akan dijadikan tempat edukasi perah susu sapi.

“Nah, dengan begitu kan bisa terangkat perekonomian masyarakat di sana. Karena di sana merupakan desa paling pelosok di Batu. Sehingga kami coba angkat potensi susu sapi perah,” katanya.

Dijadikannya Brau sebagai tempat wisata sudah dicanangkan sejak 2018. Peran pemerintah Kota Batu dalam hal ini menyiapkan sarana prasarananya. Seperti infrastruktur jalan, promosi. Selebihnya diserahkan ke desa.

“Di sana itu mereka sudah siap untuk jadi tempat wisata. Kami membantu itu tadi, selebihnya dari mereka.” terangnya.

“Agar masyarakat desa di manapun, mereka memilki rasa kalau tempat wisata itu adalah punya mereka,” imbuhnya.

Bisa menggunakan anggaran Dana Desa (DD) atau Alokasi Dana Desa. Seperti membuat paket wisata, mereka lah yang harus kreatif bekerja sama antar pemilik wisata. Memudahkan wisatawan memilih lokasi wisata yang ada di sana.

“Selain di situ, nanti juga di Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan yang juga mayoritas penduduknya adalah peternak sapi perah,” tandasnya. (Hmz/ulm)