Petani Tebu di Kabupaten Malang Belajar Tingkatkan Produktivitas Panen

Foto Petani Tebu (Istimewa)

MALANGVOICE- United States Agency for International Development – Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID Apik), menggelar panen raya tebu di Wonokerto, Bantur, Kabupaten Malang, Kamis (27/9).

Kegiatan itu hasil kerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dinas Pertanian, menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) tebu.

Manajer Regional Jawa Timur Program USAID Apik, Ardanti Sutarto mengatakan kegitan SLI ini dimulai sejak Oktober 2017. Tujuannya sebagai sarana belajar dan memperdalam pengetahuan tentang teknik budi daya serta penggunaan informasi cuaca dan iklim bagi petani.

“Adanya perubahan iklim sangatlah mempengaruhi sektor pertanian, apalagi petani tebu. Oleh karena itu, para petani diharapkan dapat mengetahui iklim, karena itulah kami lakukan SLI tebu,” ungkapnya.

Sebab, lanjut Sutarto, tanaman tebu merupakan komoditas unggulan Jawa Timur yang mampu berkontribusi sebanyak 1,25 juta ton dari total produksi nasional 2,33 juta ton.

“Dalam SLI ini mengajarkan tentang cara pemeliharaan tanaman, pengendalian gulma dan hama, mengamati lingkungan sekitar kebun, mengukur suhu udara, serta menganalisis kondisi tanah. Selain itu, juga mendorong petani untuk memproduksi benih tebu berkualitas,” jelasnya.

Jika petani dapat menguasai SLI, maka produktivitas tebu dapat meningkat. Dari hasil ubinan (perhitungan perkiraan panen) sampel yang dilakukan pada Kamis, (20/9) lalu, demo plot SLI seluas 0,5 hektare mampu menghasilkan 60 ton tebu.

“Untuk Kabupaten Malang angka produksi rata-rata mencapai 90 ton dalam satu hektare, maka hasil di demo plot amat menjanjikan,” tegasnya.

Selain itu, imbuh Sutarto, berdasarkan uji rendemen sementara di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) menunjukkan tebu di demo plot SLI memiliki nilai 14,85. Lebih tinggi dari angka rendemen kebun petani di sekitar lokasi demo plot yang memiliki skor 13,77.

“Dari nilai tersebut berarti dalam 1 kuintal tebu di demo plot SLI akan menghasilkan 14,85 kg gula, sementara tebu hasil kebun petani sekitar akan menghasilkan 13,77 kg gula,” tandasnya.

Pembelajaran SLI tebu telah disebarluaskan ke petani di desa lain di Kecamatan Bantur, yakni Desa Rejosari, Rejoyoso, Sumber Rejo, dan Karang Sari. Ke depannya, petani peserta SLI berkomitmen untuk terus membagikan pengetahuan ke petani lain. Mereka juga sepakat untuk mengembangkan kelompok penangkar benih yang diberi nama ‘APIK Rukun Makmur’ serta memperluas relasi lewat Jaringan Benih Antar Lapang (Jabal). (Der/Ulm)