Penelitian Mandiri Petani Batu, Temukan Titik Terang Penyakit Mata Ayam

Ruddy Madiyanto, petani penemu obat mata ayam (Aan)

MALANGVOICE – Penyakit mata ayam yang menyerang apel Kota Batu selama tiga tahun ini temui titik terang. Jalan keluar ini ditemukan petani apel asal Kota Batu yang melakukan penelitian secara mandiri.

Adalah Ruddy Madiyanto, Petani Apel asal Kecamatan Bumiaji, Kota Batu yang menemukan obat mata ayam berupa fungisida. Penggunaanya dengan cara menyemprotkan secara rutin ramuan yang ia racik ke buah apel yang terkena mata ayam.

“Dari hasil penyemprotan yang telah dilakukan selama empat bulan ini. Menunjukkan sejumlah buah apel sembuh dari hama mata ayam. Dengan menunjukkan bintik hitam di buah apel mulai memudar,” ujar Ruddy.

Seperti yang telah dijelaskan Ruddy, untuk menemukan ramuan fungisida ini. Dirinya telah melakukan riset selama delapan bulan terakhir ini. Keinginan itu merupakan murni dari keinginannya sendiri.

“Berawal dari kita sendiri. Karena ada pressing hama. Karena jika terus diam dan pasrah tidak akan bisa mendapatkan keuntungan,” ungkapnya.

Dari hasil observasi ini ditemukan jika mata ayam itu berasal dari jamur. Di mana jamur itu memiliki ciri-ciri penyebarannya hanya empat hari, mulai dari spora hingga spora lagi.

“Berdasarkan pengelihatan saya. Jamur ini menyerang pada apel dengan jenis manalagi. Sedangkan untuk apel jenis ana masih bisa dikatakan aman,” ujarnya.

Hal ini ditengarai, karena apel dengan jenis manalagi memiliki rasa yang manis, sehingga untuk apel ana, memiliki rasa yang asam. Sehingga jamur lebih memilih apel manalagi yang memiliki rasa yang manis.

“Selain kedua hal ini, juga dikarenakan adanya lalat. Yang menghisap buah apel. Sehingga meninggalkan lubang yang selanjutnya ditempati oleh jamur tersebut. Menyebar mulai 1 mili hingga beberapa centi. Sehingga disebut dengan mata ayam,” jelas Ruddy.

Lebih lanjut, mata ayam atau biosforum ini memiliki bentuk pipih seperti padi. Sementara itu, untuk apel yang telah dilakukan penyemprotan pestisida ini juga layak untuk dikonsumsi.

“Ambang dosis yang kami gunakan tepat. Karena bahan kimia itu jika terlalu banyak juga bahaya. Sedangkan jika kurang tidak akan ada efeknya,” kata Ruddy.

Dirinya juga menjelaskan, untuk penyemprotan fungisida hasil ramuannya itu dilakukan selama tiga hari sekali.

Hadirnya fungsida milik Ruddy ini telah dirasakan oleh sejumlah petani apel di Kota Batu, salah satunya adalah Slamet. Ia mengaku telah menyemprotkan fungsida itu selama empat bulan terakhir ini. Atau semenjak buah apel berusia 60 hari.

Dengan menyemprotkan fungsida itu, dirinya berharap bisa mengembalikan modal yang telah banyak keluar. Seperti yang dikatakan dia, jika dirinya telah mengeluarkan modal Rp 2,3 miliar dari tahun 2018 hingga saat ini.

“Setelah kurang lebih melakukan penyemprotan selama empat bulan. Kurang lebih sudah ada 30 persen buah apel yang telah sembuh. Dan kembali bagus lagi,” katanya.

Pada panen kali ini, dirinya memprediksi hanya membuang 5 ton apel yang membusuk karena mata ayam. Dari 50 ton apel yang ada.

Untuk panen kali ini perkiraannya hanya akan membuang sebanyak 5 ton saja. Dari sekitar 50 ton apel yang ada. Untuk diketahui, dari tahun 2018 hingga saat ini. Slamet telah membuang ratusan ton apel yang terdampak mata ayam. Bahakan di tahun 2020 kemarin saja dirinya telah membuang 120 ton apel.(der)