Nunu Kentang, Cara Desa Sumber Brantas Lestarikan Budaya Leluhur

Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko nunu atau membakar kentang dengan arang dalam Festival Desa Kaki Langit Sumber Brantas. (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Festival Desa Kaki Langit Sumber Brantas Kota Batu bukan sekadar acara biasa, Sabtu lalu (24/11). Ada misi pelestarian budaya leluhur yang digelorakan.

Ya, usai diawali dengan ritual tanam bibit kentang atau disebut Ponjo Kentang oleh Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, acara dilanjutkan dengan nunu kentang bersama di halaman Balai Desa Sumber Brantas. Seluruh warga maupun wisatawan melebur jadi satu dalam momentum itu. Meskipun sempat diguyur hujan, antusiasme warga tak surut.

Nunu kentang sebutan warga di Desa Sumber Brantas secara turun temurun dilestarikan. Adalah aktivitas santap kentang di dapur atau pawon.
Dapur dipilih juga sebagai cara untuk menghangatkan tubuh. Pantas saja, sebab wilayah desa ini geografisnya paling tinggi dibandingkan desa -desa lain di Kota Batu.

“Nunu kentang ini telah berkembang sejak zaman nenek moyang. Sampai sekarang masih terus dilakukan,” kata Kepala Desa Sumber Brantas Juadi.

Juadi menambahkan, nunu kentang digelar sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan. Selain itu, sebagai misi mengembangkan potensi desa. Dipilih tema Kaki Langit menurutnya bukan tanpa dasar. Hal ini merujuk wilayah desa yang berada di pegunungan sering kali diselimuti kabut.

“Pengembangan potensi ini menuju desa wisata pertanian sesuai dengan visi-misi Kota Batu Desa Berdaya Kota Berjaya,” tutupnya.

Sementara itu, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengapresiasi terselenggaranya Festival Desa Kaki Langit Sumber Brantas ini. Wilayah di naungan Kecamatan Bumiaji ini menurutnya memiliki ciri khas yang tidak ada di daerah lain.

“Setelah ada konsep yang bagus harus mengundang wisatawan yang lain dari luar kota. Di undang ke Sumber Brantas melihat keindahan alamnya,” ujar Dewanti.

Harapannya dalam kegiatan serupa tahun mendatang bisa diagendakan lagi dan lebih semarak.

“Perlu diundang juga seluruh pelaku wisata. Misalnya PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) juga,” pungkas politisi PDI Perjuangan ini.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Imam Suryono menjelaskan, tujuan utama penyelenggaraan festival ini agar kebudayaan yang di masyarakat dapat diangkat potensinya semaksimal mungkin.

“Pemkot Batu berupaya mengangkat semua kebudayaan yang ada di masyarakat agar dapat diketahui masyarakat luas. Sekaligus melestarikan kebudayaan,” jelas Imam.

Festival ini, masih kata Imam, juga sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kota Batu khususnya di Desa Sumber Brantas. Imam berharap, desa lainnya juga mampu menggali potensi kebudayaan masing-masing.

“Ke depannya desa atau kelurahan di Kota Batu ini semuanya punya ciri khas dan kebudayaan untuk diangkat,” pungkas Imam.(Der/Aka)