Mikke: Banyak Seniman yang Masih Tak Paham Pasar Seni

Kurator dan Dosen ISI Yogyakarta, Mikke Susanto saat memberikan materi pada kuliah umum infrastruktur seni rupa. (Lisdya)

MALANGVOICE – Hingga kini, tak sedikit seniman yang masih terbilang belum memahami pasar seni.

Hal ini diungkapkan oleh Kurator, Mikke Susanto saat memberikan materi pada kuliah umum infrastruktur seni rupa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB), Kamis (18/4).

“Kebanyakan seniman memang belum memahami management. Karena (seniman) tidak bisa mematok sesuai dengan hasil karyanya,” katanya pada MVoice.

Ia pun mencontohkan, yang di maksud tidak memahami pasar seni ialah, apabila seorang seniman membuat karya dan karya tersebut kemudian ditawar oleh pembeli, seniman akan kebingungan untuk mematok harga.

“Mereka itu cenderung bingung. Karena mereka itu suka membuat karya, bukan hanya transaksi jual beli saja,” tegasnya.

Memang, sebagai karya dan produk kebudayaan, karya seni sudah pasti memiliki banyak nilai, yang termasuk di dalamnya nilai ekonomi. Namun, terpenting, lanjut Mikke, karya seni adalah produk pengetahuan, yang dipilih sebagai medium oleh senimannya.

Menanggapi persoalan seperti ini, pria yang juga berprofesi sebagai Dosen ISI Yogyakarta ini, menyarankan agar para seniman untuk belajar pada seniman lainnya, kemudian mengunjungi pameran atau galeri seni.

“Banyak-banyak diskusi dengan seniman lain, agar saling bertukar imajinasi. Kalau sudah seperti itu, pasti dia akan tahu berapa harga yang pas untuk karyanya,” jelasnya.

Sementara itu, di era teknologi saat ini, bahkan beberapa orang mulai berbisnis penjualan karya seni daring dalam bentuk situsweb yang dibuat khusus. Biasanya ditujukan untuk penjualan affordable art dan menjaring pembeli-pembeli baru atau muda.

“Banyak seperti itu, penjualan lewat Instagram dan media sosial lainnya. Tetapi karya seni yang dijual itu bersifat karya-karya yang lebih ringan, seperti gambar atau ilustrasi. Dan biasanya yang menjual dan pembeli itu masih belum paham soal seni, yang penting bagus saja,” pungkasnya. (Der/Ulm)