Manfaatkan Lempung Lokal Bangkalan, Mahasiswa Ini Ciptakan Metode Pengecoran Logam Lebih Kuat

Tim PKM terdiri dari mahasiswa UM. (Istimewa)

MALANGVOICE – Di dunia industri dan konstruksi, proses pengecoran logam umumnya menggunakan bentonit sebagai pengikat pasir cetak (sand casting). Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menemukan bahan lain pengganti bentonit yang membuat hasil pengecoran lebih kuat, minim cacat dan ekonomis.

Mereka adalah Candi Galih dan Ayik Bela Saputra, keduanya dari Pendidikan Teknik Mesin, kemudian Shabrina Ruhyatul Fauziah dari Pendidikan Kimia. Galih bersama timnya memanfaatkan lempung Bangkalan yang berasal dari pertambangan lokal batu kapur do Bukit Jaddih, Desa Parsseh, Bangkalan Madura.

Galih menjelaskan, cetakan pasir biasanya dibuat dengan jalan memadatkan pasir. Pasir yang dipakai biasanya pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung. Ada beberapa bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pengikat khusus yaitu: air kaca, resin, semen, bentonit dan masih banyak lagi.

Cetakan pengecoran, lanjut dia, dapat dikatakan berkualitas jika komposisi dari cetakan tersebut tepat dan baik.
Komposisi cetakan pasir tidak hanya menggunakan pasir saja sebagai cetakan akan tetapi, perlu ditambah dengan unsur pengikat yang bagus. Bentonit merupakan salah satu pengikatnya. Sayangnya, bentonit harganya selalu naik. Sehinggs Galih dan tim mencari bahan pengikat baru pengganti bentonit yang lebih ekonomis, yaitu lempung Bangkalan.

“Jenis bahan pengikat ini diduga memiliki kandungan Ca (kalsium) yang tinggi dan Fe (besi) yang bisa digunakan sebagai pengikat cetakan pasir. Kandungan Ca biasanya terdapat dalam batu kapur dan Fe yang terkandung dalam bentonit,” kata ketua tim, Galih, saat ditemui MVoice, Minggu (20/5).

Lempung lokal Bangkalan yang akan diinakan sebagai bahan pengganti bentonit. (Istimewa)
Berkonsultasi dengan dosen pembimbing. (Istimewa)
Proses pencetakan. (Istimewa)
Proses penelian sejak April 2017. (Istimewa)

Selama melakukan penelitian sejak April 2017, Galih dan tim menemukan bahwa lempung Bangkalan punya beberapa keunggulan. Tim melakukan uji kecacatan, uji kekerasan dan uji kekuatan tarik. Dari hasil uji tersebut, pengecoran yang menggunakan lempung Bangkalan memiliki kecacatan yang minim, lebih keras dan daya tarik mengalahkan bentonit.

Hal tersebut, kata dia, dikarenakan karekteristik lempung lokal Bangkalan yang memiliki kandungan unsur kalsium (Ca) yang tinggi yaitu 92,81 persen. Unsur kalsium dapat meningkatkan kekuatan tarik logam. Sedangkan data yang diperoleh dari pengujian kekerasan, nilai kekerasan spesimen dengan bahan pengikat lempung lokal Bangkalan 9 persen merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya yaitu 128,003 HV.

“Sedangkan nilai kekerasan terendah terdapat pada spesimen dengan bahan pengikat bentonit 9 persen, yaitu 114,4 HV. Meningkatnya hasil kekerasan yang terjadi pada spesimen dikarenakan kandungan Magnesium (Mg) yang tidak dimiliki oleh bentonit yaitu sebesar 6.0 persen,” papar Galih sambil menunjukkan data statistik hasil penelitian kepada MVoice.

Tim peneliti berharap, dari hasil penelitian ini, masyarakat Bangkalan bisa memanfaatkan lempung Bangkalan sebagai bahan pengecoran. Selama ini masyarakat masih memanfaatkannya sebagai bahan batu bata.

Dengan begitu, pemerintah bisa melihat peluang ini untuk meningkatkan perekonomian di Bangkalan. Selain itu, lewat bimbingan dosen, penelitian ini lolos dalam pendanaan PKM oleh Kemenristek Dikti, dan diharapkan bisa maju di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2018 nanti. (Der/Ery)