MALANGVOICE – Budidaya pertanian sayur kerap mengalami gagal panen dan harga jualnya pun anjlok. Petani pun mengalami kerugian karena komoditas itu tak menjamin kesejahteraan mereka. Seperti yang menimpa petani hutan di kawasan Bukit Jengkoang, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Program alih komoditas petani hutan pun dicetuskan Pemkot Batu. Hal ini sekaligus diyakini dapat mengangkat kesejahteraan petani dan bagian melestarikan kawasan hutan. Tanaman yang diusulkan yakni kopi sebagai pengganti tanaman sayur mayur.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menuturkan, harga sayur mayur kerap fluktuatif. Berbanding terbalik dengan tanaman kopi yang cenderung stabil. Sehingga kesejahteraan petani turut terjamin.
Baca juga:
Pacu Daya Saing Daerah, Satu Instansi Dituntut Ciptakan Satu Inovasi
Buher: Tersangka Pengerusakan dan Penganiayaan di Kantor Arema FC Bisa Bertambah
Pengurusan IKD di Kabupaten Malang Masih Rendah
Polisi Tetapkan Tujuh Tersangka Kasus Pengerusakan Kantor Arema FC
“Pertemuan ini adalah wujud dari keinginan baik kita untuk meningkatkan taraf hidup petani hutan. Karena menanam tanaman yang memiliki harga pasti. Terlebih kebutuhan kopi di Kota Batu luar biasa,” ujar Aries didampingi Kepala DP3AP2KB, Aditya Prasaja mensosialisasikan alih komoditas penyanggah hutan di Bukit Jengkoang (Rabu, 1/2).
Sosialisasi ini diikuti para petani hutan yang akrab dijuluki petani pesanggem. Program alih komoditas tanaman pertanian ini dalam rangka pembangunan kawasan pedesaan. Pemkot Batu pun akan memberikan pendampingan dan penguatan melalui bantuan modal dan jaring sosial.
“Setelah sosialisasi ini tidak akan lepas tangan. Pemkot Batu akan terus melakukan penguatan, pendampingan budidaya hingga pendampingan pemasaran. Kalau ada kendala segera laporkan kita, Pemkot Batu akan terus memantau perkembangannya,” ujar Kepala BPSDM Pemprov Jatim itu.
Baca juga:
Aliansi Selamatkan Malang Raya Soroti Revisi Perda RTRW Kota Batu
Keunikan Spasial Kota Batu Terancam Lenyap Jika Pengelolaan Tata Ruang Amburadul
Dua Tahun Vakum, Susur Hulu Sungai Brantas Kembali Digelar PJT I
Rencana Pemkot Batu ini disambut gembira oleh LMDH Kota Batu. Karena selama ini, saat menanam sayur di lahan pertanian hutan memang ada ketidakpastian. Ketua LMDH Kota Batu, Heru Setyaji meminta campur tangan pemerintah untuk melakukan pendampingan budidaya kopi sekaligus pemasaran.
“Harga sayuran sekarang Rp3000 per kilogram, sementara mengojek hasil panen Rp100 ribu per kwintal, dari situ saja kita sudah kehilangan Rp1000. Belum kebutuhan operasional lainnya. Menanam kopi memang cukup menjanjikan,” ungkap Heru.