Oleh Amran Umar *)
Apa sih Pahlawan itu? Kata Pahlawan berasal dari bahasa sanskerta: phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala), yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama. Adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbananya membela kebenaran, atau pejuang yang gagah yang berani, (sumber: wikipedia).
Ya, itulah pahlawan, yang dengan sepenuh hati mencintai Tanah Air dan bangsanya, rela bertumpah darah hanya untuk membebaskan anak cucunya dari penjajah. Pada umumnya memang pahlawan itu seorang yang berbakti kepada masyarakat, bangsa, dan negara dengan tanpa menyerah untuk menggapai citi-cita kemerdekaanya.
Saat ini kita memperingati pertempuran hebat pada 10 november 1945, dimana puluhan ribu rakyat indonesia wafat dalam perang itu, hingga disebut peristiwa paling menyeramkan di bumi Nusantara ini, dan hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Bung Tomo dengan lantang berpidato demi membangkitkan semangat nasionalisme pada saat itu “Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain merah, dan putih. Maka selama itu tidak akan kita menyerah kepada siapapun juga”.
Merdeka atau mati! Semangat itulah yang dibawa para pendahulu kita, hingga mereka mampu melawan tentara penjajah yang menguras habis sumber daya alam negeri ini. Dengan Nasionalisme yang tinggi, mampu mempersatukan Nusantara ini dengan saatu visi, yaitu, bai siapapun yang ingin memecah belah negeri ini, hanya satu kata baginya, yakni lawan dan lawan sampai titik darah penghabisan, seperti dilakukan para pahlawan kita dahulu.
Siapakah pahlawan saat ini?
Bila dulu mereka melawan penjajah dengan mati-matian, maka mereka layak disebut sebgai pahlawan, lantas saat ini siapakah pahlawan itu? Siapahkah yang pantas disebut pahlawan di era modern ini. Melihat kondisi bangsa kita setelah kemerdekaan hingga kini bergantinya zaman, dari orde lama, orde baru, hingga reformasi, begitu banyak permasalahan yang ada, sebagian penguasa dengan teganya secara tidak langsung membunuh rakyatnya sendiri, hanya untuk kepentingan perutnya, nasionalisasi aset yang dicanangkan Bung Karno dahulu, saat ini hanya teori belaka.
Mengapa demikian, karena tidak sedikit sumber daya alam negeri ini dikuasai pihak asing, bisa dikatakan kita sekarang ini dijajajah bangsa sendiri. Lantas apa yang harus kita lakukan? Bagaimana cara kita mengikuti jejak para pahlawan kita dahulu, dengan semangat gotong royong yang tinggi, bukan individualis seperti era reformasi ini.
Sekarang ini lawan kita bersama adalah para bandit-bandit koruptor, para kapitalis yang menjajah negeri ini dengan modalnya, segelintir orang yang selama ini berusaha memecah belah NKRI, banda narkoba, terorisme, ketidakdilan, dimana sudah tidak sesuai dengan amanat UUD 1945 dan Pancasila serta segala bentuk-bentuk kejahatan lainya.
Itulah tugas kita semua untuk selalu melawan terhadap ketidakadilan serta ketimpangan yang ada. Bila itu kita lakukan, maka itulah pahlawan sejati masa kini, yang berani dengan suara lantang mengatakan “Lawan, lawan dan lawan!”
Begitu bangganya kita saat ini bisa bekerja dengan tenang tanpa ditodong senjata, begitu bangganya kita berekspresi secara bebas tanpa adanya intimidasi, sungguh indah dan nikmat kemerdekaan ini.
Terima kasih pahlawanku, jasamu akan kami kenang, perjuanganmu akan kami lanjutkan, cita-cita kemerdekaan akan kami aplikasikan, mungkin selama ini engkau menangis melihat kondisi bangsa yang carut marut, selanjutnya, semoga kami sebagai generasi penerus bisa membuat engkau tersenyum melihat negeri ini, dengan segala perubahan dan perjuangan yang dilakukan anak cucumu. Merdeka Negeriku!
*) Ketua Komisariat PMII Unisma.