Deteksi Masalah Gangguan Tidur, RS Persada Gunakan Alat Canggih dari Islandia

Pasien menggunakan alat Polysomnography (PSG) di RS Persada. (istimewa)

MALANGVOICE – Rumah Sakit Persada menggunakan alat canggih untuk mendiagnosis penderita gangguan tidur, Polysomnography (PSG). Alat buatan dari Islandia itu baru pertama digunakan di rumah sakit swasta Kota Malang.

Dokter Syaraf dan Konsultan Gangguan Tidur Persada Hospital, dr. Zamroni Afif, Sp.S(K), M.Biomed mengatakan, secara umum untuk saat ini satu dari 10 orang dapat ditemukan sebagai penderita gangguan tidur. Selain orang dewasa, gangguan tidur juga dapat terjadi pada anak-anak.

“Penyebabnya, beberapa yang kami tangani terbanyak Insomnia, kasus lain karena Sleep Apnea (gangguan tidur yang berpotensi sampai berhenti nafas saat tidur), ada juga Sleep Related Movement Disorder (gangguan gerak saat tidur),” kata dr. Zamroni, Ahad (9/7).

Baca Juga: Satu WNA Ditemukan Selamat Usai Terseret Ombak Pantai Jembatan Panjang

Rhenald Kasali Ngobrol Santai di Malang, Jelaskan Keberhasilan Transformasi Pos Indonesia

Alat itu diterapkan kepada pasien untuk mendapatkan data akurat.

“Pasien diobservasi menggunakan alat Polysomnography. Pasien tidur seperti biasa, minimal pemeriksaan 6 – 8 jam. Selama tidur direkam semua sensor tadi, ada CCTV juga untuk melihat gerakan saat tidur. Di akhir pemeriksaan, saat bangun, dapat menganalisis tindakan selanjutnya, jenis terapi apa yang dibutuhkan,” jelasnya.

Ciri-ciri gangguan tidur bergantung pada jenisnya. Seperti Insomnia ditandai dengan sulit memulai untuk tidur, kemudian mudah terbangun saat tidur atau terbangun ketika dini hari ke kamar mandi. Juga bisa sulit tidur kembali sehingga esok hari merasa tidak segar saat beraktivitas.

Sedangkan untuk Sleep Apnea ditandai dengan mendengkur atau mengorok yang keras, kemudian diikuti dengan nafas yang berhenti. Dan, selanjutnya seperti adanya usaha untuk bernafas dengan tersengal-sengal sehingga penderita mudah terbangun saat tidur.

“Kemudian kalau Sleep Related Movement Disorder adanya gerakan spontan yg muncul saat istirahat atau saat tidur, hal ini juga menyebabkan tidur jadi terganggu,” katanya.

Penderita gangguan tidur yang sering ditanganinya untuk kalangan dewasa yakni jenis Insomnia. Hal itu biasanya berawal dari pikiran berat yang tidak dikelola dengan baik sehingga mengakibatkan stres berlebihan disinyalir menjadi salah satu pemicu sulit tidur.

Kemudian, untuk anak-anak dan remaja seringkali mengalami Sleep Apnea atau disebabkan kelainan lain pada bidang THT (Telinga Hidung dan Tenggorokan) seperti tonsil (amandel) besar dan badan gemuk.

“Kalau mahasiswa biasanya Insomnia karena kebiasaan tidur yang tidak teratur karena kebiasaan begadang atau jam tidur tidak teratur,” katanya.

Untuk penanganan gangguan tidur hingga sembuh membutuhkan waktu yang bervariatif. Seperti penderita Insomnia bisa ditangani beberapa bulan bahkan sampai bertahun-tahun.

“Untuk kesembuhan bervariasi tergantung penyakit, untuk Insomnia bisa beberapa bulan sampai tahun, karena selain obat juga perlu terapi pola pikir perilaku yang disebut Cognitive Behavioral Treatment for Insomnia (CBTI). Terutama juga kebiasaan menerapkan tidur yang baik tadi, Sleep Hygiene,” katanya.

Selanjutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan supaya tidak terjadi gangguan tidur. Seperti menerapkan gaya hidup sehat dengan berolahraga rutin untuk menghindari badan gemuk dan mengurangi stres berlebihan.

Kemudian, menerapkan Sleep Hygiene atau kebiasaan tidur yang sehat. Yakni, meliputi membiasakan tidur dan bangun secara teratur, menghindari kafein (minum kopi) menjelang jam tidur. Selain itu, tidak makan makanan berat sebelum tidur, menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan tidak bekerja di tempat tidur.

“Matikan lampu, televisi, gadget sebelum tidur, kemudian relaksasi pikiran sebelum tidur. Apabila 30 menit di tempat tidur tidak bisa tidur maka jangan memaksa untuk tidur, bangun dulu lakukan aktivitas yang santai, beberapa saat baru mencoba tidur kembali,” tutupnya.(der)