Dari Lombok ke Malang, Perjuangan Bapak Gantikan Wisuda Anaknya yang Lumpuh 4 Tahun di Polinema

M Khoiri menggantikan anaknya menerima langsung ijazah dari Direktur Polinema, Supriatna Adhisuwignjo. (Humas Polinema)

MALANGVOICE – Muhammad Khoiri (60) menjadi perhatian ketika diminta naik ke panggung wisuda Politeknik Negeri Malang (Polinema) ke-58 pada Sabtu (22/10).

Ia secara khusus dipanggil menghadap Direktur Polinema, Supriatna Adhisuwignjo untuk menerima ijazah tanda kelulusan anaknya, Muhammad Huzaifah.

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Prodi D4 Manajemen Rekayasa Konstruksi ini terpaksa tak bisa hadir dalam wisudanya karena mengalami lumpuh di kedua kaki.

Baca Juga: Lulusan Polinema Tahun Ini Dapat Ijazah Digital, Diklaim Lebih Aman dari Pemalsuan

M Khoiri menunjukkan foto anaknya. (Deny/MVoice)

Khoiri datang sendiri ke Malang dari Lombok, NTB demi bisa menggantikan momen berbahagia tersebut. Ia sendiri tak menyangka sekaligus bangga sang anak mampu menyelesaikan studi di Polinema meski lumpuh selama 4 tahun terakhir.

“Gak nyangka saya, padahal sakit tapi bisa lulus. Alhamdulilah,” kata Khoiri.

Ia menceritakan anaknya masuk Polinema pada 2016 lalu. Selama tiga tahun menempuh pendidikan, Huzaifah dikatakan Khoiri adalah anak pendiam namun memiliki prestasi.

Khoiri mengingat anaknya pernah meraih peringkat pertama lomba tingkat nasional pada semester 5 lalu.

“Tiga tahun menempuh ilmu pernah juara satu lomba tingkat nasional. Tapi setelah itu anak saya lumpuh, dokter bilang kena syaraf,” lanjutnya.

Khoiri sempat bingung penyebab anaknya lumpuh hingga sekarang. Padahal, sebelumnya Huzaifah hanya keseleo biasa setelah ikut karate. Berbagai upaya dilakukan untuk kesembuhan putra ketiganya ini, sampai menemui Gus Idris bahkan Gus Samsudin yang sempat viral beberapa waktu lalu.

“Setelah keseleo main karate kok kakinya lama-lama bengkak. Diperiksa ke dokter bingung ini syaraf apa bukan. Sudah 4 tahun berobat kesana kemari, tapi belum bisa bangun,” jelas pria berpeci tersebut.

Bapak yang sehari-hari mengajar di SMP 2 Gunung Sari Lombok Barat ini menjelaskan selama sakit, anaknya tetap melanjutkan kuliahnya dengan rajin. Bahkan semasa sebelum pandemi Covid-19, ia menemani Huzaifah pulang-pergi Lombok-Malang untuk kuliah.

Akan tetapi, hal itu tidak dilakukan terus menerus dan lebih memilih kuliah online di rumah. Beruntung di Polinema banyak dosen yang mendukung perkuliahan Huzaifah secara online sampai menuntaskan tugas akhir dan skripsi.

“Alhamdulilah banyak dosen yang membantunya sampai di tahun terakhir ini. Kadang kalau sakitnya kumat itu sampai kejang, jadi nyusun skripsi itu nyari orang yang ketik, anaknya yang ngomong,” ujar Khoiri.

Sebagai orang tua, Khoiri terus berharap kesembuhan anaknya yang utama. Ia optimistis anaknya bisa segera pulih karena melihat keyakinan dan usaha dari Huzaifah.(der)