MALANGVOICE – Badan Meterorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awal Oktober 2022 memasuki musim hujan dan puncaknya terjadi pada Januari 2023.
Diprediksi curah hujan yang mengguyur Kota Batu berada di atas normal antara 2.001-2.500 mm.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu menyusun rencana kontijensi menghadapi potensi bencana. Setiap musim hujan, Kota Batu kerap dilanda tanah longsor, banjir angin kencang hingga cuaca ekstrim seperti angin kencang. Ancaman-ancaman itu didasarkan pada kajian indeks resiko bencana yang dipetakan BPBD Kota Batu.
“Kami memiliki data kajian. Namun butuh pula partisipasi masyarakat guna melaporkan titik-titik rawan bencana lainnya. Sehingga bisa ditindaklanjuti dengan upaya pencegahan serta meminimalisir dampak bencana,” ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim.
Baca juga : Pacu Penurunan Skor IRB, Kapasitas Personel BPBD Kota Batu Ditingkatkan
Menurutnya, upaya mitigasi yang dijalankan BPBD Kota Batu belum sepenuhnya maksimal lantaran keterbatasan anggaran. Sehingga butuh sokongan anggaran melibatkan lintas sektor. Semisal pelebaran drainase untuk mencegah luapan air. Maka butuh dukungan anggaran dari OPD yang menangani.
“Kami sudah memberikan rekomendasi kepada dinas teknis untuk melakukan pelebaran sungai atau pengerukan sungai supaya dimensinya membesar. Namun biayanya cukup mahal dan dinas teknis belum dapat merealisasikan tahun ini,” tuturnya.
Baca juga : Masuk Semester Pertama, Anggaran Rekonstruksi dan Rehabilitasi BPBD Kota Batu Menipis
BPBD Kota Batu juga mengusulkan bantuan pemerintah provinsi dan BNPB untuk penanggulangan banjir jangka panjang. Seperti peremajaan drainase yang dipastikan menelan anggaran cukup besar. Kondisi saat ini, dimensi drainase tak memadai dari segi daya tampung air. Hal itu diperparah lagi area resapan air makin berkurang di Kota Batu.
“Sebab resapan air di Kota Batu semakin berkurang, karena banyaknya pembangunan. Otomatis air hujan akan banyak mengalir ke sungai dan drainase dan terjadi luapan ketika volumenya meningkat,” urai Rochim.
Baca juga : Hadapi Ancaman Bencana 2022, BPBD Kota Batu Siapkan Anggaran Rp1 Miliar
Ia memperkirakan 5 hingga 10 tahun mendatang genangan air bisa mencapai 1 meter. Menurutnya tanda-tanda tersebut sudah mulai terasa. Dia mencontohkan, saat ini ketika hujan lebat sudah ada genangan air setinggi mata kaki.
“Ini yang tak diinginkan terjadi di Kota Batu. Maka salah satu solusinya adalah segera melakukan rekonstruksi saluran drainase dan sungai,” imbuh dia.
Baca juga : Potensi Ancaman Bencana Tinggi, BPBD Kota Batu Diusulkan ‘Naik Kelas’
Secara detail, dia menyebutkan untuk titik-titik rawan banjir di Kota Batu jumlahnya ada 10 titik. Paling banyak berada di wilayah Kecamatan Batu. Sementara potensi longsor tersebar di tujuh titik yang mayoritas masuk wilayah Kecamatan Bumiaji dan sebagian berada di Kecamatan Batu.
Lebih lanjut, Rochim juga mengungkapkan bahwa potensi terjadi banjir bandang seperti akhir tahun 2021 kemarin di Kota Batu masih ada. Salah satu titik yang menjadi perhatiannya adalah kawasan lereng Gunung Arjuno. “Kami akan terus melakukan pengawasan di lereng Gunung Arjuno selama musim penghujan. Dengan harapan banjir bandang seperti tahun sebelumnya tak terjadi,” katanya.
Baca juga : Inventarisasi Potensi Bencana, BPBD Kota Batu Susun RPB Lima Tahunan
Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Batu, Gatot Nugroho menambahkan, untuk meminimalisir timbulnya korban akibat peristiwa bencana alam tanah longsor. Pada tahun ini pihaknya bakal melakukan penambahan dua alat early wearing system (EWS) baru.
“Saat ini Kota Batu sudah punya 10 EWS yang terpasang di titik-titik rawan tanah longsor Kota Batu. Lima EWS terpasang pada tahun 2020 dan lima EWS dipasang tahun 2021. Dua EWS baru itu merupakan EWS yang diambilkan dari anggaran BPBD Kota Batu sebesar Rp 106 juta dan EWS bantuan Pemprov Jatim,” jelas dia. (Der)