Berharap Eksploitasi Kota Batu Berhenti, Warga Berdoa di Sumber Air Gemulo

Warga khusyuk memanjatkan doa di area sumber mata air umbul gemulo Bulukerto Kota Batu, Sabtu sore (21/4). (Aziz /MVoice)

MALANGVOICE – Perjuangan warga dan pemerhati lingkungan di Kota Batu terus berlanjut. Kali ini, sehari sebelum Hari Bumi, 22 April esok, warga gelar doa di area sumber mata air Umbul Gemulo , Bulukerto Kota Batu, Sabtu sore tadi (21/4).

Bertajuk ‘Ngeresiki Bumi’, warga serta komunitas Nawakalam Gemulo mengawali acara dengan kerja bakti. Area sumber dibersihkan dari semak belukar dan sampah. Beberapa tembok juga dicat ulang agar terlihat sedap dipandang. Usai kerja bakti, digelar doa bersama dengan tumpengan adat Jawa. Doa dipimpin langsung sesepuh desa.

“Momen peringatan Hari Bumi ini kami melakukan wujud syukur
atas alam yang masih bisa menghidupi. Kami juga mendo’akan bagi mereka yang telah mengeksploitasi lingkungan demi kepentingan segelintir agar segera sadar,” kata Pradipta Indra Ariono perwakilan Nawakalam Gemulo.

Selain itu, lanjut dia, doa juga memohon kepada Sang Pencipta agar warga Kota Batu semakin kuat melestarikan lingkungan. Sebab, hal ini juga sebagai warisan untuk anak -cucu kelak.

“Memohon agar Tuhan terus memberikan kesadaran betapa sangat berharganya alam dan sumber air di Kota Batu,” tutupnya.

Nawakalam Gemulo tak hentinya menyoroti eksploitasi secara berlebihan hingga menimbulkan masalah –
masalah ekologis di Kota Batu. Dampak tersebut yakni turunnya daya dukung lingkungan. Bisa dilihat dengan kejadian – kejadian bencana alam seperti longsor, banjir, perubahan iklim yang tidak teratur, bahkan hilangnya sumber mata air.

Kota Batu sendiri sudah dapat dilihat dalam satu dasawarsa terkahir ini penurunan daya dukung lingkungan terjadi. Penurunan daya dukung lingkungan yang terjadi diakibatkan perubahan status Kota Batu dari kultur yang agraris menjadi kota pariwisata. Banyaknya pembangunan wisata dan industri di Kota Batu membuat hilangnya sumber mata air hingga 50 persen.

Naiknya suhu di Kota Batu sehingga tidak lagi menyimpan udara yang sejuk, kemacetan yang terjadi akibat wisatawan berdatangan dan masih banyak kerusakan – kerusakan diakibatkan pembangunan yang tidak memperhatikan sisi ekologis. (Der/Ery)