MALANGVOICE – Pemerintah memprediksi kekeringan tahun ini lebih panjang dari 2018 lalu. Berdasarkan data dari BMKG, musim kemarau akan terjadi pada Juli hingga Oktober mendatang.
Bahkan, status kekeringan kali ini telah ditetapkan sebagai bencana darurat. Musim kemarau membawa dampak kekeringan hampir di seluruh wilayah di Jawa Timur.
Sekitar 25 kota/kabupaten di Jawa Timur terdampak kekeringan. Lebih parah lagi, dampak kekeringan ini menyebabkan ratusan hektare sawah di Jawa Timur terancam gagal panen.
Kepala Program ACT Jatim, Dipo Hadi, mengatakan kekeringan jadi awal mula krisis pangan, ketiadaan air bersih layak konsumsi dan bahan makanan. Hal ini bisa mengakibatkan bencana selanjutnya, yaitu kelaparan.
“Apabila tidak ditangani, kondisi ini perlahan dapat berdampak pada kematian,” katanya.
Dalam menghadapi bencana kekeringan ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Timur telah menyalurkan bantuan air bersih di beberapa daerah seperti Pacitan, Bojonegoro, Pamekasan, Sampang dan Banyuwangi.
Air bersih yang diberikan umumnya digunakan masyarakat untuk kebutuhan primer mereka, yakni minum dan memasak. Selanjutnya, ACT Jatim terus berkomitmen untuk mendistribusikan air bersih ke seluruh penjuru Jatim Misalnya saja, Pasuruan, Malang, Bangkalan, Jember, dan beberapa daerah lainnya.
Dipo Hadi mengungkapkan, satu juta liter air bersih akan disalurkan ke beberapa daerah kekeringan di Jawa Timur. Untuk mengatasi kekeringan, kata dia, diperlukan sinergi antar pengampu kebijakan karena masalah kekeringan hampir setiap tahun ada.
“Semakin banyak kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menangani bencana kekeringan ini, maka akan semakin cepat penyelesaiannya. Dan tentu saja dapat meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak bencana,” tandasnya.(Der/Aka)