Waspada, Jika Ada Awan Berbentuk Kol!

Dampak angin puting beliung di Desa Langlang, Kecamatan Singosari (tika)
Dampak angin puting beliung di Desa Langlang, Kecamatan Singosari (tika)

MALANGVOICE – Kedatangan angin puting beliung memang tidak bisa diprediksi secara pasti. Meski begitu, ciri-ciri bencana yang juga disebut dengan langkisau itu masih bisa diperhatikan.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Taufiq Hermawan, menjelaskan, bencana ini lebih banyak terjadi saat pancaroba.

“Bisa saat peralihan kemarau ke musim hujan, atau sebaliknya,” jelas dia, Rabu (8/3).

Dia menjelaskan, indikasi terjadinya angin puting beliung dapat dilihat satu hari sebelum bencana datang.

Biasanya, lanjut dia, ditandai dengan udara panas dan gerah pada malam hingga pagi hari.

“Kondisi ini diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat. Hal itu ditujunjukkan dengan perbedaan suhu udara dengan kelembaban yang cukup tinggi,” imbuh dia.

Biasanya, lanjut dia, sejak pukul 10.00 terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis-lapis).

Antara awan tersebut ada satu jenis awan mempunyai batas tepi sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

“Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan cumulonimbus (Cb),” beber Taufiq.

Biasanya, lanjut dia, pepohonan disekitar tempat berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Kemudian, terasa sentuhan udara dingin dan disertai dengan hujan.

“Tapi puting beliung ini tidak terjadi di tempat yang sama,” tandas dia.

Baca Juga
Kehadiran Puting Beliung Tak Dapat Diprediksi