Waduh, Batu Kekurangan Apel Gara-gara La Nina

Sutarman saat menjelaskan kegagalan panen gara-gara La Nina (Fathul)

MALANGVOICE – Kekhawatiran La Nina bakal membawa dampak buruk bagi pertanian di Kota Batu benar-benar nyata. Kini banyak petani apel mengeluh, karena kuantitas produksi berkurang drastis, karena musim hujan panas (kemarau basah) yang merontokkan bunga apel.

Kenyataan itu akan berdampak pada wisatawan yang hendak petik apel, karena mereka dipastikan bakal gigit jari. Kelangkaan merata di Kota Batu, padahal musim libur panjang Lebaran akan berlangsung kurang lebih 10 hari lagi.

“Biasanya kebun saya menghasilkan 26 ton apel, tapi sekarang hanya 1 ton. Itu saja sudah bagus,” ungkap salah satu petani apel di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Sutarman.

Pemilik lahan apel seluas setengah hektare Ini pun akhirnya harus menaikkan harga buah yang menjadi ikon kota wisata batu itu. Karena kenaikan harganya juga hampir dilakukan seluruh petani sebab kelangkaannya.

Apel manalagi yang biasanya Rp 9.000 perkilo, sekarang dijual seharga Rp 20.000 per kilo gram. Kemudian apel roombeauty saat ini berada di harga Rp 30 ribu per kilogram padahal biasanya dijual seharga Rp 12 ribu saja.

“Bahkan sekarang apel cacat yang biasanya disortir dan nggak laku, jadinya terjual juga,” tambah Sutarman.

Ia sendiri kelimpungan harus memenuhi permintaan apel ke beberapa daerah. Misalnya ke Bali, biasanya ia bisa mengirimkan satu kontainer apel namun sekarang hanya mengirimkan apel menggunakan L-300 meskipun rugi.

Hal yang sama dialami petani lainnya, Endik Gilang. Kerontokan bunga apel terjadi sejak bulan Mei dan diperkirakan sampai Desember 2016. Ia bersama petani lainnya hanya bisa pasrah karena faktor alam tidak bisa dikendalikan.

“Pastinya rugi karena apel yang ditanam, dirawat, ketika berbunga malah rontok karena hujan panas yang terjadi akhir-akhir ini. Stok pembuatan kripik dan oleh-oleh lainnya juga terganggu, banyak toko yang kami gak bisa kirim apelnya,” tandas Endik.