Takamashe, Guru Native Speaker Jepang Ada di SMAN 9 Malang

Takamashe di sekolah (anja)

MALANGVOICE – Nama besar Indonesia di dunia internasional ternyata memiliki magnet tersendiri bagi mahasiswa asing sebagai tempat belajar. Salah satunya mahasiswa Jepang, Takamashe Fuse.

Pemuda jepang yang telah memasuki tahun ke empat kuliah di Riysho Universty of Japan itu rela mengambil cuti selama tujuh bulan dan berpartisipasi dalam program Japan Foundation.

Takamashe bersama kepala sekolah dan guru pendambing (anja)
Takamashe bersama kepala sekolah dan guru pendambing (anja)
Takamashe Fuse kelahiran 21 Desember 1994 silam itupun usai melakoni berbagai rangkaian tes tulis maupun wawancara akhirnya lolos bersama 72 mahasiswa Jepang lainnya untuk melakukan program Japan Foundation mengajar kebudayaan Jepang di Indonesia.

Terhitung sejak 17 Agustus 2016 lalu,Takamashe yang mengaku suka bakso Malang itu resmi menjadi pengajar bahasa Jepang di SMA Negeri 9 Malang yang berada dikawasan jalan Puncak Borobudur No. 1 Kota Malang

”Saya tidak hanya ingin mengajarkan bahasa Jepang pada siswa SMAN 9 Malang, tapi saya juga ingin mengenalkan budaya Jepang seperti seni melipat kertas atau origami, tarian Jepang, juga tata cara memakai yukata. Bahkan saya akan kenalkan masakan jepang seperti sushi, hingga mengajarkan beberapa lagi tradisional Jepang kepada anak didik,” terang Takamashe dalam bahasa jepang yang diterjemahkan oleh Dra. Orris Pertawati, guru pendamping.

Sementara itu, Kepala Sekolah Abdul Teddy, sangat bersyukur atas kehadiran Takamashe. Sekolahnya memiliki native speaker bahasa Jepang walau hanya sampai pada 17 Maret 2017 mendatang.

”Siswa SMAN 9 Malang, khususnya kelas bahasa akan dapat meningkatkan kemampuan mereka berbahasa Jepang serta memperluas pengetahuan mereka akan negeri sakura itu dari narasumbernya secara langsung. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal,” kada Teddy.

Kendati demikian, antusiasme Takamashe sedikit terhalang dan menemui kendala pada sisi komunikasi karena dirinya belum begitu paham bahasa Indonesia. Tapi dirinya merasa bersyukur atas dukungan kepala sekolah, guru pembimbing dan keluarga civitas akademika SMANAWA.

“Susah berkomunikasi, tapi dibantu bu Orris sebagai penerjemah. Banyak yang support sehingga saya jadi betah,” kata Takamashe.