Sisa Dua Bulan Akhir Tahun Kota Malang Alami Inflasi

MALANGVOICE – Selama 10 bulan terakhir, Kota Malang mengalami deflasi dua kali, pada Agustus dan Oktober. Faktor yang mendominasi salah satunya melimpahnya pasokan komoditas hortikultura di tengah musim panen (Agustus-Oktober 2022).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, Samsun Hadi, menambahkan, menurunnya harga daging ayam ras juga menjadi faktor dominan terjadinya deflasi.

“Harga daging ayam ini turun karena surplus pasokan live bird di tingkat peternak. Hal ini seiring dengan surplus bibit ayam atau day old chick (DOC) yang diprakirakan akan terjadi hingga akhir tahun,” katanya.

Baca Juga: PSI ‘Disemprit’ Bawaslu Kota Batu Gara-gara Pasang Baliho Capres 2024

Baca Juga: PWI Malang Raya Matangkan Persiapan Porwanas 2022

Baca Juga: Pemkot Batu Anggarkan Rp399 Juta untuk Benahi Lapangan Tingkat Desa

Kondisi surplus DOC ini, lanjutnya telah diperkirakan sebelumnya seiring dengan diberhentikannya kewajiban untuk melakukan culling dan cutting HE. Inilah yang mengakibatkan populasi ayam ras meningkat.

“Selain itu, penurunan harga pakan, khususnya jagung turut menurunkan biaya produksi. Harga jagung domestik turun didorong oleh panen raya yang terjadi hampir di seluruh wilayah,” katanya lagi kepada MVoice, Rabu (2/11).

Meski demikian, kata Samsun, memasuki dua bulan akhir 2022, Bank Indonesia memandang inflasi tahun 2022 akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1 persen.

Baca Juga: Koramil 0818/29 Dau Bersama Masyarakat Gelar Karya Bhakti Pasca Puting Beliung

Baca Juga: Koramil 0818/29 Dau Bersama Masyarakat Gelar Karya Bhakti Pasca Puting Beliung

Baca Juga: Pemkot Malang Beli Lahan di Kayutangan Heritage, Tampung Parkir 500 Pengunjung

“Sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” tegasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang mengalami deflasi sebesar -0,11 persen (mtm) pada Oktober lalu.

Sementara secara tahun kalender dan tahunan tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 5,72 persen (ytd) dan 6,76 persen (yoy).

Baca Juga: Dewan Pers Luncurkan Aplikasi LPE, Permudah Pengaduan dan Kontrol Karya Pers

Baca Juga: SMAN 1 Kota Batu Beri Penjelasan Dugaan Pungli Sumbangan Sukarela

Baca Juga: Manajemen Pastikan Kontrak Pemain Arema Tidak Ada Masalah

“Inflasi tahunan Kota Malang masih relatif tinggi dan di atas kisaran target inflasi 3±1 persen. Meskipun demikian, secara bulanan inflasi Kota Malang tercatat lebih rendah dari Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar 0,04% (mtm) dan setara dengan Nasional sebesar -0,11% (mtm),” terangnya.

Deflasi periode Oktober 2022 didorong oleh penurunan harga yang terjadi di kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,19 persen (mtm).

“Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0,06% (mtm), transportasi 0,02% (mtm), dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,01% (mtm),” lanjutnya.

Berdasarkan komoditasnya, kata Samsun, deflasi Oktober 2022 di Kota Malang terutama didorong oleh penurunan harga cabai rawit dengan andil -0,07 persen (mtm), daging ayam ras -0,06 persen (mtm), telur ayam ras -0,05 persen (mtm), angkutan udara -0,04 persen (mtm) dan cabai merah -0,03 persen (mtm).

“Deflasi pada cabai rawit dan cabai merah sejalan dengan pasokan yang melimpah di tengah terjadinya musim panen di berbagai sentra produksi,” ujar pria kelahiran Bangil ini.

Tentang penurunan harga daging ayam ras, Samsun menyebut disebabkan over populasi yang melebihi daya serap pasar. Di sisi lain penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan munculnya kebijakan pemerintah.

“Yakni menggratiskan tarif Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk jasa pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat udara hingga 31 Desember 2022,” imbuhnya.

Samsun juga menyebut deflasi lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga pada komoditas bensin dengan andil 0,03 persen (mtm). Kemudian minyak goreng 0,02 persen (mtm), mie 0,02 persen (mtm), tahu mentah 0,02 persen (mtm), dan tarif kendaraan roda dua online 0,02 persen (mtm).(end)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait