MALANGVOICE – Selama tahun 2018 lalu, Kabupaten Malang mengalami lonjakan aktivitas gempa bumi.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Karangkates, Musripan, mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun 2017, aktivitas gempa di tahun 2018 lebih tinggi. Jumlah gempa bumi pada tahun 2017 sebanyak 557 gempa.
“Berdasarkan catatqn seismograph di Stasiun Geofisika Karangkates Malang gempa bumi terjadi sebanyak 633 kali,” ungkapnya.
Dengan rincian, di bulan Januari terjadi 23 kali, Februari ada 43 kali, Maret 20 kali, April 51 kali, Mei 56 kali, Juni 48 kali.
Paling banyak tercatat pada bulan Juli sebanyak 110 kali, kemudian Agustus 40 kali, September 33 kali, Oktober 70 kali, November 60 kali gempa. Serta pada bulan Desember 79 gempa bumi, yang rata-rata diakibatkan adanya aktivitas pergerakan lempeng tektonik di zona subduksi.
“Itu bisa terjadi karena lempeng tektonik Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng tektonik Eurasia mengakibatkan adanya akumulasi energi pada batuan tersebut hingga pelepasan energi. Pelepasan energi itu yang timbulkan getaran di dataran bumi,” jelasnya.
Namun, lanjut Musripan, gempa bumi paling parah adalah pada tanggal 11 Oktober 2018, lokasi di laut pada jarak 55 km arah timur laut Kota Situbondo, dengan kekuatan 6.3 SR. Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat supaya tidak mudah terpengaruh mengenai isu gempa yang kurang terpercaya.
“Masyarakat dimbau jangan terpengaruh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, tapi tetap waspada karena gempa bumi tektonik belum bisa diprediksi dengan tepat, terkait waktu, tanggal dan tahun serta kekuatannya,” ulasnya.
Selain itu, tambah Musripan, pihaknya juga mengingatkan pada masyarakat yang berlibur di pantai atau tinggal di sekitar pantai supaya waspada.
“Informasi dari BMKG setelah terjadinya gempa, kemudian kami teruskan ke BPBD. Jangan panik, jika gempa terjadi ketika di pantai. Segeralah ke tempat yang lebih aman atau tempat yang lebih tinggi,” tandasnya.(Der/Aka)