Protes Presiden Prancis, Massa Aksi Ganyang Makroni Ramai-ramai

Aksi bertajuk Bela Kanjeng Nabi memprotes Presiden Prancis Emmanuel Macron di depan gedung DPRD Kota Malang, Senin (2/11). (Aziz Ramadani MVoice)

MALANGVOICE – Ratusan massa berunjuk rasa mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron di depan gedung DPRD Kota Malang, Senin (2/11). Aksi damai itu diwarnai makan makroni bersama sebagai simbol protes.

Seperti diberitakan, Presiden Macron menuai kecaman seluruh dunia, terutama umat muslim. Lantaran ikut mendukung publikasi kartun Nabi Muhammad, belum lama ini.

Sebelumnya, massa aksi bertajuk Aksi Damai Bela Kanjeng Nabi ini melakukan long march dari Masjid Agung Jami Malang Jalan Merdeka. Sepanjang jalan menuju gedung DPRD, mereka menyerukan tiga tuntutan utama. Diantaranya, menyerukan boikot produk Prancis, menuntut permintaan maaf Presiden Prancis dan adili penghina Nabi Muhammad.

Beberapa perwakilan tokoh agama dan masyarakat menyampaikan orasi. Namun, paling menarik saat salah satu orator mengajak makan sebungkus makaroni. Cemilan itu merupakan plesetan dari nama Presiden Prancis Emmanuel Macron. Bahkan Ketua DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika beserta jajaran pimpinan dewan turut menyantap makaroni tersebut.

Menjelang bubar, Koordinator Lapangan Hisa Al Ayyubi memimpin pembacaan petisi atau pernyataan sikap. Bahwa sehubungan dengan penayangan kartun penghinaan Nabi Muhammad di Prancis, Aliansi Malang Kondusif bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat, menyatakan mendukung penuh kecamanan pemerintah Indonesia terhadap perbuatan Presiden Prancis. Kemudian menyerukan boikot seluruh produk Prancis. Menuntut permintaan maaf Presiden Prancis kepada seluruh umat Islam di dunia.

“Adili dan proses hukum penghina kanjeng nabi sesuai hukum yang berlaku. Juga mengajak masyarakat untuk menjaga kondusifitas dan toleransi di NKRI, khususnya Kota Malang,” ujarnya.

“Kejadian di Prancis tidak mewakili umat agama manapun,” imbuh Hisa.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Malang I Made menyatakan dukungan terhadap massa aksi. Ia menilai kebebasan atau liberalism di Prancis tak menunjukkan sikap saling menghormati harkat dan martabat manusia. Lain halnya kebebasan di Indonesia yang masih menjunjung tinggi nilai toleransi. Sehingga, menurutnya, langkah untuk memboikot produk Prancis juga penting sebagai momentum untuk lebih mencintai produk lokal.

“Mari berdikari secara ekonomi dengan mencintai produk dalam negeri, terutama UMKM,” ujar Made.(der)