Perluas Program Inklusi Keuangan, Keberpihakan OJK kepada Kelompok Difabel agar Mandiri

MALANGVOICE– Kemudahan akses keuangan menjadi kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen untuk meningkatkan literasi serta memperluas inklusi keuangan kepada masyarakat.

Termasuk di dalamnya kelompok penyandang disabilitas yang selama ini kesulitan mengakses pendanaan dari lembaga jasa keuangan karena masih dipandang sebelah mata.

Anggota Dewan Komisioner OJK, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, literasi, edukasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat bagian dari program OJK. Program prioritas ini menyasar 10 segmen masyarakat, termasuk kelompok difabel. Hal itu tertuang dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia tahun 2021-2025.

Gandeng Komisi XI, OJK Terus Kenalkan Peranannya Pada Masyarakat

“Karena kami melihat, dalam memberikan literasi keuangan inklusi jangan sampai meninggalkan siapapun termasuk kelompok difabel. Kami mendorong agar penyelenggara jasa keuangan memberi akses inklusi kemudahan keuangan bagi mereka,” tutur Friderica saat berkunjung ke SLB Eka Mandiri, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu.

Sejalan dengan program inklusi keuangan, OJK turut menyusun petunjuk teknis operasional (PTO) sebagai standardisasi pelayanan keuangan kepada penyandang disabilitas. Dengan terbitnya PTO itu, dapat dijadikan pedoman pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) memberikan akses bantuan permodalan tanpa diskrimantif kepada kelompok difabel.

Ia mengatakan, keberpihakan kepada kelompok difabel butuh kolaborasi antarlini. Langkah tersebut bentuk menjaga nilai-nilai inklusif dan berkeadilan, khususnya dalam mewujudkan ekosistem ramah difabel dalam mengakses jasa keuangan perbankan. Salah satu bentuk inklusi keuangan yang diwujudkan OJK dengan meluncurkan program Satu Disabilitas Satu Rekening (Tuntas).

OJK Malang Tunjukkan Kepada Ibu-ibu Beda Pinjol Legal dan Ilegal

“Jangan ada suatu diskrimani layanan masyarakat. Pelaku jasa keuangan harus memberikan perlakuan yang sama, termasuk kepada kelompok difabel dalam mengakses produk keuangan,” ujar Friderica yang juga menjabat Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku PUJK, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen.

Dengan tangan terbuka, pihaknya menawarkan kemudahan akses produk jasa keuangan bagi para pelajar SLB Eka Mandiri Kota Batu. Karena meski dalam keterbatasan, namun Friderica melihat para pelajar menyimpan potensi diri yang luar biasa. Sekalipun berkebutuhan khusus, namun mereka mampu berkreasi menghasilkan produk,-produk kreatif bernilai ekonomis.

Kemudahan akses jasa keuangan bagi pelajar SLB Eka Mandiri diharapkan dapat mengembangkan produk-produk. Serta diiringi pula dengan pendampingan dalam pengemasan produk dan membantu memperluas pangsa pasar melalui program inklusi keuangan.

“Adik-adik ini sungguh luar biasa. Ketika diajarkan dan terbiasa dengan apa yang dipelajari, ternyata mereka mampu menciptakan produk yang memiliki nilai tambah bahkan nilai ekonomis,” tandas dia.

Anggota DPR RI F-PDI dapil Malang Raya, Andreas Eddy Susetyo turut hadir meninjau aktivitas pembelajaran di SLB Eka Mandiri Kota Batu. Ia menekankan agar semua pemangku kepentingan harus membangun ekosistem kondusif bagi difabel. Terlebih penyelenggara pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, seperti SLB Eka Mandiri menitikberatkan pada program pendidikan vokasi.

Ia juga ingin mengajak seluruh pihak untuk mengubah cara pandang terhadap kelompok difabel. Karena menurutnya, mereka tak perlu dikasihani, tetapi paling penting ialah memacu potensi untuk menghasilkan produk-produk bernilai ekonomis. Dengan menciptakan suatu kreasi, maka nantinya mereka bisa berdikari. Sehingga melalui program inklusi keuangan OJK bagi difabel menjadi suatu stimulus untuk mengembangkan serta memperluas pemasaran produk.

“Mereka membuktikan kalau tidak kalah dengan orang normal, bahkan lebih jauh lagi dari apa yang dibayangkan. Produktivitasnya sangat tinggi, lewat karya mereka ini perlu dibuka akses keuangan serta akses pasar lebih luas,” pungkas Andreas.

Sementara itu, Kepala SLB Eka Mandiri Kota Batu, Adi Indra mengatakan, program literasi dan inklusi keuangan OJK sangat membantu anak-anak difabel. Mereka memiliki akses yang setara seperti orang pada umumnya dalam mengakses bantuan permodalan perbankan. “Kami mengharapkan inklusi keuangan ini betul-betul terealisasi. Bagaimana anak-anak disabilitas yang sudah berkarya dan mampu berproduksi bisa menjadi mandiri,” ujar Adi.

Ia menambahkan, seluruh pelajar di SLB Eka Mandiri dididik menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Sehingga mereka dilatih agar bisa menghasilkan beragam produk-produk layak jual. Mulai dari batik jumputan, batik tulis, batik ecoprint, jaket batik hingga olahan produk pertanian seperti kripik bayam. Bahan baku untuk olahan makanan ditanam secara hidroponik di lingkungan sekolah oleh para pelajar.

Pemasaran produk-produk buatan pelajar SLB Eka Mandiri melalui marketplace maupun media sosial. Bahkan beberapa waktu lalu, instansi pemerintah memborong 100 ribu biji kain batik karya para pelajar. Produk-produk yang dihasilkan semakin dikenal luas lantaran sering ditampilkan di setiap event pameran di berbagai daerah.

“Kalau pameran yang memfasilitasi Diskumdag Batu, dari situ produk kami makin dikenal. Kami juga termasuk binaan Disparta untuk produk ekraf dan Dinas Pertanian untuk produk turunan hasil pertanian. Sehingga program OJK ini menjadi stimulus mengembangkan produk bernilai ekonomis. Nantinya ketika anak-anak ini lulus mampu menjadi wirausaha lewat keterampilan yang dimiliki,” papar dia.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait