Pakar Universitas Brawijaya Sebut Bumi Istirahat Akibat Pandemi Corona

ilustrasi
Ilustrasi (ak/RawPx)

MALANGVOICE – Pandemi Covid-19 diyakini berdampak positif bagi kesehatan bumi. Sebab, aktivitas manusia yang menyebabkan frekuensi gelombang seismik menurun.

Pakar Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof. Adi Susilo mengatakan, bahwa kegiatan di rumah saja otomatis mengurangi aktivitas manusia di luar. Sehingga juga akan mengurangi penggunaan kendaraan berat, seperti pesawat terbang, kendaraan darat yang bertonase besar atau kecil, hal ini berpengaruh terhadap frekuensi adanya gelombang seismik, akibat kendaraan, yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor.

“Berkurangnya aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan berat dan pesawat terbang akan berpengaruh terhadap frekuensi timbulnya gelombang seismik. Gelombang seismik ini adalah gelombang yang merambat pada bagian dalam bumi, dan juga permukaan bumi” kata Adi melalui keterangan tertulisnya, Rabu (22/4).

Gelombang seismik, lanjut dia, dalam frekuensi tertentu memicu terjadinya longsor, seperti yang pernah terjadi di provinsi Jawa Barat beberapa waktu lalu, gelombang ini diakibatkan dari getaran kendaraan yang lewat.

Oleh karena itu, berkurangnya aktivitas manusia di luar menjadi momentum bumi berisitirahat, sekaligus mengurangi proses yang ada di kulit bumi, dan berpengaruh terhadap infrastruktur bangunan.

“Jika frekuensi getaran sama dengan dengan frekuensi bangunan, maka akan menimbulkan resonansi bangunan sehingga bisa menyebabkan kerusakan, seperti retak. Getaran ini dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan yang lewat,”kata Adi.

Berkurangnya aktivitas manusia, juga akan mengurangi gangguaan pada infrastruktur buatan manusia, seperti jembatan dan bangunan.

“Apalagi daerah daerah pesisir utara sangat kuat sekali dilewati getaran-getaran seismik. Daerah di pesisir utara seperti Surabaya berasal dari endapan non vulkanik, seperti lempung dan lumpur. Sebuah getaran ketika melewati lempung bisa kuat tapi kalau lewat pasir bisa diredam.

Semakin kuat getarannya maka pengeruh terhadap kerusakan bangunan akan semakin besar,”urainya.

Meskipun begitu, Adi mengaku khawatir ketika masa pandemi ini berakhir.

“Sekarang bumi relatif istirahat dari dilewatinya getaran seisimik dan bencana alam yang lain juga berkurang. Itu hikmahnya. Saya justru khawatir setelah ramadan dan pandemi berakhir, mobilitas serta kebutuhan banyak maka kondisi alam akan menjadi lebih buruk lagi,”katanya.(Der/Aka)