MALANGVOICE – Lima komoditas menjadi pemicu inflasi Kota Malang di bulan tutup tahun 2022. Keempat komoditas dari sektor pangan, satu lainnya dari perhiasan.
Meski demikian Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga pada beberapa komoditas, seperti pisang dengan andil -0,02 persen (mtm), buah naga -0,01 persen (mtm), cabai merah -0,01 persen (mtm), batu bata -0,01 persen (mtm), dan sabun cair -0,01 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, Samsun Hadi, mengatakan, kelima komoditas pendorong inflasi pada Desember 2022 antara lain beras telur ayam ras, tomat, cabai rawit, dan emas perhiasan.
Baca Juga:
Prof Chandra: Tiga Sektor Ini Mampu Atasi Resesi Dunia
Kepepet Kebutuhan Ekonomi Ibu di Gempol Jadi Kurir Sabu
50 Anggota Polresta Malang Kota Naik Pangkat, Buher Minta Tingkatkan Tanggung Jawab
“Harga beras dengan andil 0,06 persen (mtm), telur ayam ras 0,06 persen (mtm), tomat 0,05 persen (mtm), cabai rawit 0,04 persen (mtm) dan emas perhiasan 0,04 persen (mtm),” ujar Samsun dalam keterangan rilis yang diterima MVoice (3/1).
Menurut Samsun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada Desember 2022 mengalami inflasi 0,58 persen (mtm).
Dengan demikian, selama tahun 2022 inflasi Kota Malang tercatat sebesar 6,45 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari inflasi Provinsi Jatim 6,52 persen (yoy), namun lebih tinggi dari nasional yang tercatat 5,51 persen (yoy).
“Secara spasial, inflasi kota Malang menempati urutan ke tiga tertinggi di Jawa Timur setelah Jember dan Surabaya,” terangnya.
Baca Juga:
Pemkab Malang Alokasikan Rp30 M untuk Subsidi Bunga KUR
Arema FC Gelar Latihan Intensif di Batu
Momen Libur Nataru, Kunjungan Wisatawan ke Pantai Alami Penurunan
Dari segi kelompok, lanjutnya, inflasi periode Desember 2022 yang terbesar didorong oleh kenaikan harga dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,45 persen (mtm), kelompok transportasi 0,06 persen (mtm) dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,05 persen (mtm).
Tentang kenaikan harga beras yang menjadi pendorong inflasi, Samsun menyebut terjadi di tingkat penggilingan maupun tingkat konsumen.
“Hal ini seiring menipisnya pasokan beras yang tercermin dari semakin menipisnya Cadangan Beras Pemerintah (CBP), serta menurunnya luas panen dan produksi,” jelasnya.
Adapun kenaikan harga telur ayam ras, Samsun menyebut dipicu oleh kenaikan biaya produksi. Hal ini akibat dampak penguatan dolar AS yang meningkatkan biaya bahan baku produksi pakan ternak di tengah meningkatnya konsumsi selama momen Nataru.
“Pencairan program bantuan sosial sembako yang dirapel selama tiga bulan periode Oktober-Desember turut mengakselerasi harga telur ayam ras,” sambungnya lagi.
Adapun kenaikan harga tomat dan cabai rawit, seiring menipisnya pasokan akibat berkurangnya hasil panen di tengah curah hujan yang tinggi.
Untuk kenaikan harga emas perhiasan, kata Samsun, mengikuti indeks emas dunia yang terpantau menguat.
“Kenaikan harga emas setelah Tiongkok sebagai konsumen terbesar emas dunia, mengumumkan kebijakan pelonggaran mobilitas,” ujarnya.
Memasuki 2023, Samsun memperkirakan inflasi tahun 2023 akan melandai dan lebih rendah dibanding tahun 2022 meski ada beberapa tantangan.
Tantangan yang dihadapi seperti tingginya harga pangan dan energi dunia akibat cuaca ekstrim. Juga berlanjutnya konflik Rusia-Ukraina, yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi nasional maupun Kota Malang.
“Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” ujarnya.
“Juga penguatan koordinasi TPIP-TPID untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 3,0 persen + 1 persen,” tutupnya.(end)