Kurangi Gizi Buruk Bayi, Dinkes Tekankan Wajib ASI Terutama Ibu Remaja

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Meifta Eti Winandar, S,ST MM saat mempresentasikan pentingnya IMD bagi ibu menyusui. (Istimewa)
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Meifta Eti Winandar, S,ST MM saat mempresentasikan pentingnya IMD bagi ibu menyusui. (Istimewa)

MALANGVOICE – Sebanyak 80 persen tumbuh kembang otak terjadi pada masa pertumbuhan bayi. Sehingga diperlukan gizi yang cukup jumlah maupun kualitasnya.

Dari data Dinas Kesehatan Kota Malang, setiap tahun ada sekitar 13 ribu ibu mengandung, bahkan sebagian merupakan remaja.

Tantangan yang dialami selama fase kehamilan adalah status gizi seorang wanita sebelum hamil, itu sangat menentukan awal perkembangan plasenta dan embrio. Berat badan ibu pada saat pembuahan, baik menjadi kurus atau kegemukan dapat mengakibatkan kehamilan berisiko dan berdampak pada kesehatan anak di kemudian hari.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Meifta Eti Winandar, S,ST MM mengatakan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sebenarnya sudah disepakati para ahli di seluruh dunia sebagai saat yang terpenting dalam hidup seseorang.

“Sejak saat perkembangan janin di dalam kandungan, hingga ulang tahun yang kedua menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang. Makanan selama kehamilan dapat mempengaruhi fungsi memori, konsentrasi, pengambilan keputusan, intelektual, mood, dan emosi seorang anak di kemudian hari,” tegas Miefta kepada MVoice, Rabu (21/3).

Proses HPK dimulai sejak kehamilan. Ibu hamil diimbau makan makanan beraneka ragam yang bergizi, memeriksa kandungan 4 kali selama kehamilan, dan minum tablet tambah darah. Kemudian bayi yang baru lahir harus diterapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) hingga hemberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

Timbang berat badan bayi secara rutin setiap bulan juga penting sembari memberikan imunisasi dasar wajib bagi bayi. Selanjutnya ibu melanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun.

“Di tahun 2016 itu ada 66 bayi yang mengalami gizi buruk, karena si ibu masih belum paham betul bagaimana tahapan yang baik sejak kehamilan. Sedangkan di tahun 2017 sudah turun menjadi 56,” imbuhnya.

Degan demikian, Miefta berharap agar ibu mengandung terus memperhatikan kandungan serta tidak memberhentikan ASI hingga anak berusia 2 tahun.

“ASI itu penting bagi perkembangan bayi, jangan sampai bayi mereka tidak diberikan ASI. Kan sekarang zaman sudah modern, seharusnya mereka juga bisa menyimpan ASI sesuai dengan prosedur ini untuk mencetak generasi bangsa yang lebih baik,” pungkasnya.(Der/Aka)