MALANGVOICE– Kokedama sebuah media tanam berbentuk bola yang tersusun dari lapisan lumut. Teknik tersebut merupakan cerminan dari filosofi Jepang wabi-sabi. Istilah kokedama berasal dari bahasa Jepang “koke” yang artinya lumut dan “dama” yang artinya bola.
Seni merangkai tanaman hias ala Jepang itu menginspirasi Dwi Lili Indayani. Perempuan asal Desa Sidomulyo Kota Batu itu menciptakan media tanam kokedama. Namun bahan baku yang digunakan bukan dengan lumut. Melainkan dimodifikasi dengan menggunakan sabut kelapa yang dibentuk menyerupai bola.
Lili mulai menyelami teknik kokedama pada 2017 lalu. Berawal dari coba-coba membuat souvenir. Tak disangka-sangka kreasinya itu mendapat apreasiasi dari banyak kerabatnya. Dari situ, ia memutuskan untuk dijadikan sebagai peluang usaha hingga akhirnya berkembang hingga kini dengan diberi label Creative Kokedama.
“Teknik kokedama ini turut menambah nilai jual suatu tanaman,” kata Lili.
Baca juga:
Istri Meninggal Dunia Diduga Diracun, Diduga Korban KDRT Suami Sendiri
KPU Ingatkan 4.277 KPPS se Kota Batu untuk Menjaga Integritas
Penipuan Jual Beli Kavling Ditangani Polisi, Satu Pelaku Diamankan
Tempuh Jalur Politik untuk Bantu Pegiat Anggrek Menembus Pasar Ekspor
Tanaman hias kokedama buatan Creative Kokedama tersebut sudah banyak diminati masyarakat. Baik dalam maupun luar kota. Bahkan melalui ketekunannya menggeluti teknik kokedama, kreasi perempuan 36 tahun itu berhasil menembus pasar ekspor. Pihaknya menjalin kerja sama kontrak eksklusif bersama Bong Syoji. Co, Ltd. sebuah perusahaan asal Negeri Matahari Terbit.
Melalui kerja sama itu, Creative Kokedama akan mengirimkan 20 ribu kokedama menuju pasar Jepang. Sebelumnya, pada 2023 lalu, Lili juga pernah mengekspor kreasinya itu ke Jepang. Kemudian kesempatan itu berlanjut di tahun 2024 dengan nilai kontrak sebesar Rp800 juta.
Lili menambahkan, dalam produksi produk kokedama yang menggunakan bahan baku sabut kelapa tersebut. Pihaknya juga menggandeng pelaku usaha skala kecil lain yang ada di Kota Batu, termasuk yang berada di wilayah Desa Sidomulyo.
“Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Malang untuk produksi, ada kurang lebih 60 orang. Selain itu, juga dari Desa Sidomulyo 50 orang,” ungkap dia..
Perwakilan Bong Syoji. Co, Ltd Hiroyuki Ookubo menyatakan, pasar kokedama di Jepang sangat banyak. Sehingga produk kokedema yang diproduksi pelaku usaha Kota Batu memiliki peluang yang menjanjikan. Selain kokedema, pihaknya juga mencari berbagai produk unggulan lain asli Kota Batu, seperti pot tanaman berbahan baku tanah liat untuk dipasarkan ke Jepang.
“Kami berkeliling Indonesia untuk mencari produk-produk tersebut,” katanya saat datang ke Kampung Sakura di Desa Sidomulyo, Kota Batu dalam agenda penandatanganan kerja sama antara Creative Kokedama dan Bong Syoji. Co, Ltd.
Baca juga:
Festival Kampung Sakura Sidomulyo, Wujud Pertumbuhan Desa Wisata di Jatim
Festival Kampung Sakura, Desa Sidomulyo Bersolek ala Negeri Matahari Terbit
Disparta Kota Batu Ekspos Keindahan Alam Gunung Arjuno bagi Wisatawan Asing
Penandatangan ini merupakan kesepakatan ekspor yang diproduksi oleh Creative Kokedama dengan mengolah cocofiber dan akar pakis menjadi pot sekaligus media tanam aneka bunga hias. Dari kerjasama ekspor ini, ditargetkan setiap tahun sebanyak 2 kontainer produk kokedama, yang bergerak di bidang landscape dan gardening, dikirim ke Jepang melalui Bond Syoji.co.ltd.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengaku bangga atas kerja sama ekspor yang dijalin kedua belah pihak tersebut. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan bahwa produk pertanian dan UMKM Kota Batu telah mampu bersaing di pasar global.
“Kerjasama ini membuktikan bahwa produk pertanian dan UMKM kita, telah mampu bersaing di pasar global. Terutama memenuhi kebutuhan pasar di Jepang, dengan kreativitas yang ditunjukkan Creative Kokedama,” jelasnya.
Dengan semakin tingginya peluang ekspor ini, akan berdampak pada semakin meningkatkan produksi dan membuka lapangan kerja. Terutama, masih banyak hasil hortikultura dan tanaman hias yang masih bisa dikembangkan sebagai produk ekspor, seperti yang ada di Desa Sidomulyo.
Aries berharap, dengan kerjasama ini akan memotivasi UMKM menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan dapat menembus ekspor.
“Ini merupakan kolaborasi yang sangat baik antara sektor pertanian dan perdagangan. Dan ke depan kita akan terus dorong agar produk pertanian dan UMKM kita akan menembus pasar ekspor,” terangnya.(der)