Gemerlap Kawasan Wisata Songgiriti Tak Tampak Lagi

Situasi Kawasan Wisata Songgiriti pada malam hari (Aan)

MALANGVOICE – Kawasan Wisata Songgoriti, Desa Songgokerto, Kota Batu tampak sunyi senyap semenjak adanya pandemi Covid-19. Ditambah lagi pembatasan demi pembatasan yang diberlakukan pemerintah membuat kawasan yang setiap malam sebelumnya gemerlap menjadi meredup.

Keramaian wisatawan tak terlihat lagi memadati jalanan Songgoriti yang tampak lengang. Padahal sebelum pandemi ini Songgoriti selalu ramai pagi siang dan malam.

Hal ini membuat banyak masyarakat yanh penghasilannya bertumpu pada sirkulasi pariwisata di sana merana.

Ojek pengantar tamu menunggu dengan pasrah disambi tertidur daan gurauan antar teman. “Yawes seperti ini mas keadaannya,” ucap salah satu tukang ojek, Sudiarto, Jumat (29/01) malam saat didatangi Malangvoice.com.

Dia bercerita, semenjak adaya pandemi penghasilannya kian menurun. Beriringan dengan jumlaah wisatawan yang juga merosot.

“Sangat berat, sekarang paling ramai satu hari hanya dapat dua orang. Bahkan seperti malam minggu lalu (23/1) saya hanya dapat satu pelanggan, itupun pada pukul satu dini hari,” katanya.

Padahal, disaat normal dia bisa menerima tiga tamu hanya dengan kurun waktu enam jam. Tuntutan untuk tetap memberikan setoran terhadap villa yang melakukan kerja sama menjadi keluhan.

Adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih ia pahami meski sebenarnya dirasa memberatkan. “Ya kalau dengan villa, saling pengertian saja. Asalkan kami tetap bisa makan dan diberi kesehatan, dijalani saja seadanya,” ungkapnya.

Hal serupa juga diungkapkan salah seorang pemilik villa di daerah tersebut, Hendra Susanto. “Perih rasanya kalau sekarang. Tidak ada wisatawan yang datang, ya siapa yang mau menginap,” tuturnya.

Sekarang, per-harinya ada satu tamu menginap saja sudah baik menurutnya. Bahkan, di malam tahun baru yang biasa menjadi musim panen bagi pemilik villa, di tahun ini dirinya nihil pendapatan.

Hendra dituntut untuk memutar otak untuk tetap bisa bertahan di kondisi ini. biaya perawatan kamar, juga biaya kehidupan sehari-hari berusaha dijaganya agar terus bisa berjalan.

“Kami disini hanya diutungkan karena tidak perlu membayar karyawan. Semua dikerjakan oleh pemilik villa sendiri,” papapnya. Tetapi, pendapatan tersebut menurutnnya hanya bisa dipergunakan untuk makan tanpa memenuhi kebutuhan lain.

Salah satu pengusaha warung kopi, Yuni Astuti turut pusing dengan sepinya Songgoriti. Menurutnya uang yang didapatkan tidak bisa diputar lagi untuk berdagang keesokan harinya.

“Disini yang ngopi sekarang cuma orang lokal. Wisatawan luar daerah hanya lewat,” tambahnya. Hal tersebut sudah dialaminya sejak tahun baru.

Dia memaparkan jika pada bulan Desember tahun lalu Songgoriti sempat ramai. Seiring berjalannya waktu kondisi semakin memburuk, belum lagi efek PPKM.

“Wisata banyak yang tutup, otomatis tidak ada pelancong yang datang. Penginapan pun jadi sepi,” ujarnya. Yuni percaya kalau enggannya wisatawan berkunjung lantaran pembatasan jam malam yang diterapkan.

Padahal, Kota Batu memiiliki beragam destinasi wisata malam andalan seperti Alun-alun, Paralayang dan Batu Night Spectacular (BNS).

Pendapat berbeda diberikan oleh salah satu warga yang juga miliki usaha villa, Wahyu Andryawan. “Ekonomi semua orang sedang tidak sehat, bagaimana mau rekreasi apalagi menginap. Mending dibuat makan,” jelasnya sambil tertawa. Menurutnya langkah yang diambil oleh pemerintah sudah baik guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Namun, mereka lupa akan dampak dari keputusan yang dibuat. Tidak ada pemikiran lebih lanjut akan dampak ekonomi dari sektor yang terimbas secara langsung.

“Kami tidak minta bantuan, hanya ingin memiliki pendapatan. Kalau sepi seperti ini mau dapat dari mana?,” imbuhnya. Dia hanya bisa berharap agar pandemi lekas menghilang dan hiruk-pikuk gemerlap Songgoriti bisa kembali lagi.(der)