Galang Langkah Kolaboratif Hindari Ancaman Krisis Air di Kota Batu

Anak-anak bermain di Sumber Air Binangun, Desa Bumiaji, Kota Batu. Perumdam Among Tirto mencatat setiap tahunnya debit sumber air mengalami penurunan. (MVoice/M. Noer Hadi)

MALANGVOICE – Keberadaan sumber air di Kota Batu terus menyusut dari tahun ke tahun. Bahkan Perumdam Among Tirto menyebutkan, sumber air di Kota Batu menyisakan 58 titik dari sebelumnya sebanyak 111 titik.

Untuk itu, perusahaan daerah itu menyusun langkah kolaboratif bersama elemen-elemen masyarakat menjaga kelestarian sumber air karena selama ini Perumdam Among Tirto bergerak sendiri melestarikan air.

Dirut Perumdam Among Tirto Kota Batu, Edi Sunaedi menuturkan, gerakan itu berupa penghijauan maupun pembuatan biopori sebagai area resapan air. Dengan begitu ancaman krisis air bawah tanah dapat dihindari.

Baca juga Misi ‘Penyelamatan’ Sumber Mata Air Kota Batu Dimulai

“Melalui langkah partisipatif bersama masyarakat, kami mengajak pembuatan biopori di halaman rumahnya masing-masing. Ini giat menjaga ekosistem lingkungan kita agar terhindar dari ancaman krisis air,” papar Sokek sapaan akrabnya.

Pembuatan sumur resapan dan biopori sebetulnya sudah dituangkan dalam Perwali Kota Batu nomor 21 tahun 2015. Namun legal formal itu terkesan superfisial tanpa ada implementasi nyata.

Karena itu sekalipun dibentuk regulasi itu, belum bisa menggerakkan kesadaran masyarakat.

Sokek menuturkan, pendekatan sosio kultural didasarkan pada kearifan lokal setempat menjadi kunci utama untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dalam konservasi sumber air.

“Dengan demikian keterlibatan partisipasi masyarakat menjadi kunci vital dalam merumuskan langkah bersama,” harapnya.

Baca juga : Perumdam Among Tirto Kejar Perpanjangan Penyertaan Modal

“Perwujudan langkah kolaboratif ini akan diselenggarakan 12-13 September dipusatkan di Sumber Dandang, Desa Junrejo, Kota Batu. Bersama seluruh elemen masyarakat akan merumuskan gerakan konservasi air,” papar dia.

Lebih lanjut, Sokek mengatakan, dari tahun ke tahun ada penurunan debit sumber air. Semisal Sumber Darmi yang dulunya debit air 19,7 liter per detik, kini menyusut sekitar 14-16 liter per detik. Sehingga pihaknya pun mengusulkan ke DPRD pembentukan Perda Penyelematan Sumber Mata Air.

Ada beberapa faktor yang menjadikan debit air semakin menurun setiap tahunnya. Faktor paling krusial yakni pembangunan yang tidak ramah lingkungan dan abai pemenuhan RTH. Serta maraknya pembuatan sumur bor yang tidak terkontrol.

Di atas kertas, berdasarkan catatan Dinas PU SDA Pemprov Jatim ada sebanyak 50 titik sumur bor di Kota Batu pada 2018 lalu.

Kemudian bertambah menjadi 133 titik sumur bor pada 2019. Pada 2020 bertambah empat titik yang berada di Desa Punten, Desa Pandanrejo, Kelurahan Ngaglik, dan Jalibar di Desa Oro-oro Ombo. Data itu disampaikan Perumdam Among Tirto pada 2021 lalu.

Baca juga : Data SDA Jatim 50 Sumur Bor, Dirut Perumdam Among Tirto Siap Buktikan Lebih Dari Itu

Maraknya sumur bor itu memicu kekhawatiran Perumdam Among Tirto. Hal itu berpotensi mengancam ketersediaan air tanah. Apalagi, pihaknya tak memiliki ranah dalam mengontrol sumur bor mengingat segala perizinannya ditarik ke Pemprov Jatim.

“Kami berharap Pemkot Batu berkomunikasi dengan Pemprov Jatim agar pemangku wilayah dilibatkan dalam memberikan rekomendasi, apakah memicu resiko bencana atau tidak. Kalau dibiarkan 5-10 tahun bisa terjadi krisis air,” ujar dia.(end)