Fikih Kebudayaan Muhammadiyah, Integrasi Nilai Keislaman yang Relevan dengan Budaya Lokal

MALANGVOICE– Meluasnya persebaran Islam di Nusantara dipengaruhi proses sinkretisme sehingga berkembang masif hingga kini. Jalur-jalur kultural menjadi sebuah medium dialektika mengaktualisasikan ajaran Islam selaras dengan nilai-nilai budaya lokal setempat. Melalui proses akulturasi maupun asimilasi ini melahirkan entitas Islam Nusantara.

Secara empiris, interaksi Islam dengan majemuknya budaya Nusantara menuntut adanya pemikiran ulang terhadap ilmu fikih dipadukan dengan sosio kultural masyatakat Indonesia. Jika tak ada harmonisasi antara keduanya maka akan menimbulkan ketaksaan bagi pemeluknya.

Latar belakang itu mendorong Lembaga Seni Budaya (LSB) yang berada di bawah naungan Pengurus Daerah Muhammadiyah (PMD) Kota Batu menggelar Orasi Fiqih Budaya. Orasi kebudayaan bertajuk ‘Apresiasi Ragam Cahaya Islami’ ini dipaparkan Wakil Ketua LSB PP Muhammadiyah, Kyai Cepu Husen, Ph.D pada Sabtu malam (3/5).

Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah (PMD) Kota Batu, Tsalis Rifai menegaskan pentingnya memahami dan menerapkan fiqih kebudayaan. Fiqih kebudayaan dalam Islam mengacu pada pemahaman dan penyesuaian hukum Islam dengan nilai-nilai budaya setempat. Dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip ajaran agama serta upaya untuk menjaga harmoni dan kesepahaman antara komunitas-komunitas yang berbeda.

“Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang relevan dengan konteks budaya lokal, umat Muslim dapat menciptakan harmoni antara identitas keagamaan dan kebudayaan mereka,” ujar mantan Sekretaris PMD Kota Batu itu.

Baca juga:
CSR Bank Sampah Wujud Sinergisitas MPM Honda Jatim dengan Masyarakat Sekitar

Pengadilan Tipikor Jatuhkan Vonis kepada Dua Terdakwa Penyelewangan BPHTB-PBB 2020 Kota Batu

Komisi XI DPR RI Gandeng Kemensos Perjuangkan Kesejahteraan Lansia dan Disabilitas

Regenerasi Pengurus Muhammadiyah-Aisyiyah Kota Batu Usung Semangat Pembaruan

Menurutnya, organisasi Muhammadiyah ibarat sebuah rumah besar dengan cita-cita membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak berdiri, Muhammadiyah tidak sekalipun memunculkan potensi friksi dengan aspek budaya lokal. Justru, instrumen itu dipilih untuk melakukan pendekatan dalam menyiarkan dakwah. Lantaran pendekatan secara budaya lebih menyentuh psikologi massa sehingga dapat meredam gejolak di tengah-tengah masyarakat.

“Sebetulnya warga Muhammadiyah tidak alergi terhadap aspek seni budaya. Seni budaya boleh hukumnya asal membawa pencerahan dan tidak menimbulkan kemusyrikan. Hal itu ditegaskan dalam Muktamar Muhammadiyah di Jakarta tahun 2000,” ungkap dia.

Saat acara Orasi Fiqih Kebudayaan ditampilkan pula musikalisasi puisi karya Nurul Fitria. Ia membacakan puisi berjudul ‘Harmoni Serdadu’ diiringi musik yang diaransemen putrinya, Laras Nur Sekarlangit.

Ketua LSB Muhammadiyah Kota Batu, Akbar Mahadi, event kebudayaan semacam ini baru kali pertama digelar sejak lahirnya organisasi Muhammadiyah di Kota Batu pada tahun 2000 lalu.
Ia menuturkan, acara semacam ini penting sebagai pemahaman terhadap aktualisasi ideologi Muhammadiyah di tengah hiruk pikuk kemajemukan budaya yang berkelindan di masyarakat.

“Maka bagi warga Muhammadiyah dibutuhkan pemahan fikih kebudayaan. Kami juga mengenalkann LSB Muhammadiyah yang sudah lama vakum sejak 2010 lalu. Misi kami tak lepas dari strategi dakwah melalui pendekatan seni budaya,” ungkap Akbar.(end)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait