Catatan HPN: Dari Pers Abal-abal hingga Tantangan Media Cetak

MALANGVOICE – Pada bagian akhir makalahnya, Ketua Dewan Pers, Prof Bagir Manan, juga membahas masalah dan tantangan pers cetak atau pers tradisional pada umumnya, terkait perkembangan media social (online) yang luar biasa.

“Perkembangan luar biasa terjadi di media social (online, red). Kemudahan yang disediakan teknologi, kecepatan informasi, dan perubahan sikap masyarakat, mendorong kapasitas media sosial. Berbagai pendapat menyatakan, perkembangan media sosial merupakan ancaman bagi pers cetak atau pers tradisional lainnya,” paparnya.

Bahkan, sambung dia, ada yang meramalkan media cetak akan mati. “Apakah semudah itu? Hal ini tergantung pada hubungan kepercayaan publik. Pertama, walaupun publik mengahadapi kecepatan, kemudahan informasi, tetapi tetap menuntut akurasi, kelengkapan isi berita, bahkan kedalaman isi berita,” jelasnya.

Hal-hal seperti itu, -paling tidak pada saat ini di tanah air-, masih sulit dipenuhi media sosial. Di pihak lain, media cetak –sepanjang dijalankan secara profesional dan mengikuti azas dan kaidah jurnalistik yang benar-, akan lebih mudah memenuhi tuntutan akurasi, kedalaman dan kelengkapan berita.

Lalu apa saja yang harus dilakukan pers cetak agar bertahan? Pertama, meninjau kembali konglomerasi, menguasai media secara berlebihan (menerbitkan bermacam-macam media sekaligus, cetak, TV, media sosial, radio, dll). Menghentikan penerbitan media cetak yang berdiri sendiri di daerah-daerah, karena itu menjadi beban manajemen yang memberatkan.

Kedua, membangun sitem manajemen untuk mencapai setinggi-tingginya efisiensi, yang akan mempunyai dampak ganda. Di satu pihak menurunkan biaya produksi, di pihak lain dapat menurunkan harga jual kepada publik tanpa mengurangi kesempatan memperoleh laba.

Ketiga, lebih meningkatkan pers investigasi, yang menjamin berita lebih komprehensif, mendalam dan memiliki nilai dokumentasi yang sewaktu-waktu dapat ditelusuri kembali.

Pers Abal-abal

Bagi Manan juga menyorot pers abal-abal, termasuk wartawan abal-abal. Menurut dia, pers seperti itu diterbitkan semata-mata sebagai alat untuk menekan sumber berita, seperti melancarkan berita insinuatif atau kebohongan-kebohongan, dan fitnah.

Kedua, pers yang diterbitkan tidak memenuhi syarat-syarat hukum dan kelaziman pers yang bertanggungjawab. Misalnya alamat kantor yang tidak jelas, penanggungjawab yang tidak jelas, penerbitan tidak teratur, lain alamat lain pula tempat beredar.

“Ketiga, pers (dan wartawan)-nya menggantungkan bantuan keuangan dari pihak lain, seperti pemda. Dan keempat, kartu pers digunakan untuk menekan sumber berita demi memperoleh imbalan,” tegasnya.

Prospek Pers

Menyoal prospek pers, Bagir Manan membedakan antara yang bersifat individual dan pers sebagai sistem nasional.

“Secara individual, prospek suatu usaha pers akan ditentukan pengelolaan, mutu wartawan, mutu berita, tingkat ketaatan pada norma, etika kelaziman pers yang bertanggungajwab, dan kepercayaan public,” rincinya.

Sebagai sistim nasional, tambahnya, prospek pers akan dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh, pertama, perkembangan demokrasi. Demokrasi yang sehat dan mengedepankan tatanan demokrasi yang bertanggungjawab akan mendorong pers yang sehat dan bertanggungjawab pula.

Kedua, tingkat kemajuan masyarakat yang meliputi kemajuan kesejahteraan, kemajuan pendidikan masyarakat, juga sangat berpengaruh.

“Dan ketiga, pers secara nyata berfungsi sebagai sumber ispirasi, perkembangan nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban, dan sebagai the fourth estate, mewakili kepentinagn public,” pungkasnya.(selesai)