Bubuk Petasan Meledak di Kasembon, Perakit Belajar Otodidak dari Internet

Garis polisi dipasang di lokasi kejadian ledakan bubuk petasan di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. (MVoice/istimewa).

MALANGVOICE– Ahmad Hasan Rifai tewas seketika usai bubuk petasan yang dirakitnya meledak pada Sabtu malam lalu (11/3).

Kuatnya ledakan mengakibatkan tiga rumah hancur dan dua orang lainnya mengalami luka-luka. Peristiwa itu terjadi di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.

Diketahui, pria berusia 19 tahun itu belajar secara otodidak melalui internet cara merakit petasan. Kesimpulan didapatkan pihak kepolisian dari hasil olah TKP selama enam jam pada Minggu kemarin (12/3). Olah TKP digelar oleh Tim Labfor Polda Jatim didampingi Sat Reskrim Polres Batu. Di lokasi kejadian, ditemukan catatan merakit bom.

Kapolres Batu, AKBP Oskar Syamsudin mengatakan, Hasan membeli bahan baku bubuk petasan secara online. Kemudian barang pesanan itu dikirimkan lewat jasa ekspedisi paket. Saat olah TKP, petugas menemukan bubuk petasan seberat 2 kilogram yang dibagi menjadi empat kantong. Masing-masing kantong diisi bubuk petasan seberat 500 gram.

Baca juga:
Tersangka Kasus Robot Trading ATG Bertambah Satu Orang

Kawasan Hutan Kritis, Tanah Longsor Rawan Berulang di Wilayah Malang Barat

Jalan di Srigonco, Kecamatan Bantur Rusak Parah, Begini Tanggapan Pemkab Malang

Beredar Rekaman KPK Tegur Pemkab Malang Soal Mamin Senilai Rp35 M

“Berdasarkan keterangan saksi yang rumahnya berdekatan dengan TKP. Dugaan sementara, korban merupakan peracik. Terlebih kami juga menemukan buku catatan yang diduga disalin dari internet,” ujar Oskar (Senin, 13/3).

Oskar mengungkapkan, bubuk petasan itu diduga punya daya ledak rendah. Dari empat kantong bubuk petasan yang ditemukan itu, terdiri dari dua jenis bubuk. Namun untuk teknis lebih lanjut, pihaknya masih menunggu hasil identifikasi dari Tim Labfor. Hasil olah TKP juga ditemukan ada dua titik ledakan. Titik pertama berdiameter 50 centimeter dengan kedalaman 11 centimeter. Pada titik kedua, berdiameter 49 centimeter dan kedalam 11,5 centimeter.

“Kenapa bisa sampai meledak, masih dilakukan identifikasi oleh tim Labfor. Mesimpulannya akan disampaikan dalam waktu dua pekan ke depan. Namun dugaan awal, korban meninggal dunia saat tengah membuat petasan,” tuturnya.

Lebih lanjut, salah saksi yang dimintai keterangan juga mengungkapkan, jika petasan yang diproduksi korban tidak diperjualbelikan. Namun hanya dipergunakan sendiri pada saat Bulan Ramadan.

“Informasi yang kami himpun, setiap tahun korban memang membuat petasan. Namun hanya digunakan sendiri dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan. Petasan itu tidak diperjualbelikan,” jelas Oskar.

Sementara itu adik kandung Hasan, Khotibul Umam menyampaikan, kakaknya memang suka bermain petasan. Terutama di waktu menjelang Ramadan. Meski begitu tak sampai menjual petasan.

“Memang suka bermain petasan, bukan untuk diperjualbelikan. Bikinnya nggak banyak,” ucap dia.(der)