Beredar Isu Kiamat Sudah Dekat, Polres Batu Angkat Bicara

AKBP Budi Hermanto saat mengklarifikasi adanya isu doktrin kiamat di depan awak media (Foto:Ayun)

MALANGVOICE – Polres Batu mengklarifikasi adanya Toriqoh Musa di wilayah Kasembon, Kabupaten Malang dengan memfasilitasi pertemuan antara Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muspika dan Nahdlatul Ulama (NU) setempat dengan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin, Muhammad Romli.

Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto mengatakan informasi yang didapati dari hasil pertemuan, terungkap bahwa informasi yang beredar itu tidak benar. Adanya salah satu ponpes di wilayah Kasembon yakni Miftahul Falahil Mubtadin telah mengajarkan beberapa hal yang dianggap tidak sesuai dengan Alquran dan hadist.

Seperti huru hara kerusuhan setelah bulan suci Ramadan, tentang kiamat sudah dekat, soal perang hingga kemarau panjang. Terkait kiamat, jemaah diminta menjual semua aset dan menyetor sejumlah uang ke pondok. Sedangkan terkait perang, jemaah diminta membeli pedang seharga Rp 1 juta.

Dan lebih mengerikan lagi tentang adanya para santri kelas lima SD jika saat panceklik memotong tangan adiknya untuk dimakan.

“Berawal dari huru hara yang meresahkan itu, akhirnya kami berkoordinasi melakukan tabayun dengan tokoh agama dan sudah dilakukan dari kemarin (Selasa, 12/3) dengan MUI, Muspika, serta tokoh masyarakat dan agama setempat untuk mengklarifikasi langsung kepada pengasuh pondok. Pengurus NU juga dilibatkan, ternyata semua dibantah dan ponpes berani membuktikan,” tegasnya.

Berdasarkan keterangan pengasuh pondok di hadapan Muspika, MUI, MWC NU Kasembon serta tokoh masyarakat, pihak kepolisian berharap kabar tersebut tidak berkembang luas. Sehingga tidak semakin meresahkan masyarakat.

“Kami hanya memfasilitasi dalam klarifikasi kabar yang mengarah ke pondok itu. Jangan sampai kabar yang ternyata tidak benar itu membuat keresahan lebih meluas di masyarakat. Parahnya bisa jadi pemicu amarah pondok pesantren lainnya,” tutupnya.

Diketahui sebelumnya telah diberitakan sebanyak 52 warga Ponorogo terbius oleh Thoriqoh Musa yang memberi pemahaman bahwa kiamat sudah dekat. Hingga pada akhirnya mereka yang menjadi jemaah memilih meninggalkan kampung halamannya dan berpindah ke pondok pesantren di wilayah Kasembon, Kabupaten Malang. (Der/Ulm)