Pemkot Batu Peras Otak Apel Jadi Produk Utama

Patung apel di Alun-Alun Kota Batu menjadi ikon Kota Batu sebagai daerah penghasil apel. Namun dalam beberapa tahun terakhir, komoditas pertanian apel lesu. (MVoice/M. Noerhadi)

MALANGVOICE– Peningkatan daya saing untuk memperluas pemasaran buah apel tengah dirancang Pemkot Batu. Saat ini, budidaya buah yang ditetapkan sebagai ikon Kota Batu itu kian tergerus lantaran banyak petani yang beralih menanam komoditas lain saat budidaya apel tak lagi memiliki nilai lukratif.

Merosotnya minat petani di Kota Batu terlihat pada menurunnya lahan budidaya apel dari tahun ke tahun. Pada 2015 luas lahan apel mencapai 1.768,27 hektar. Hingga 2022 hanya tersisa 1.092 hektar.

Menurunnya produktivitas karena pohon berusia tua serta biaya operasional yang mahal menjadi faktor utama ditinggalkannya budidaya apel.

“Dalam waktu dekat, kami akan duduk bersama dengan petani-petani apel. Menampung keluh kesah dan merumuskan formulasi yang tepat mengatasi persoalan pertanian apel. Apalagi apel sebagai ikon Kota Batu harus dijadikan produk utama,” ujar Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai.

Baca juga:
Dampak Efisiensi Anggaran, KPU Batu Eliminasi 109 TPS

RKPD 2024 Kota Batu Usung Sejumlah Program Prioritas

Uji Coba Rekayasa Satu Arah Klojen Resmi 20 Februari, Sosialisasi Digencarkan

Rayakan Usia ke-33 PJT I Dimaknai dengan Semangat Akselerasi untuk Berkarya

Ada empat varietas apel yang dibudiyakan di Kota Batu, yakni manalagi, rome beauty, anna dan wangling. Hasil budidaya apel tersebut diyakini memiliki peluang pasar yang cukup luas.

Apalagi sebagai daerah wisata, Kota Batu menyediakan banyak akomodasi perhotelan. Modal itu dapat dijadikan strategi memasarkan apel lebih luas lagi.

Aries mengatakan, apel Kota Batu sangat kompetitif karena memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan buah impor. Nilai itu dapat mendorong penetrasi pasar apel Kota Batu tembus hingga mancanegara.

“Apel harus lebih kompetitif. Sebagai ikon utama Kota Batu maka perlu dipikirkan strategi pendistribusian dan pemasaran. Buah kita lebih bagus. Jika beranggapan lebih mahal, tidak juga karena pangsa pasar kami tertutup dengan impor. Namun jika kami pasarkan secara masif, saya rasa akan lebih murah produk apel Kota Batu,” ujarnya.

Baca juga:
Masa Kelam Budidaya Apel, Ikon Kota Batu Terancam Tenggelam

Lahan Pertanian Rusak, Petani Apel Kota Batu Inginkan Bantuan Pupuk Organik

Untuk meningkatkan potensi apel dan sejumlah komoditas lain hasil produksi Kota Batu. Pemkot Batu akan melakukan pemetaan. Pemetaan tersebut perlu dilakukan agar pada tiap-tiap desa yang ada di Kota Batu memiliki produk unggulan masing-masing.

“Di Kota Batu ada 19 desa 5 kelurahan. Akan kami buat pemetaan. Di daerah mana produksi sayur, mana yang mempertahankan produksi buah, supaya saling menguntungkan. Bukan bersaing dengan daerah dalam satu wilayah,” ujarnya.

Dengan pemetaan dan mengedepankan produk unggulan pada tiap-tiap desa, dinilai juga akan mampu menarik minat wisatawan berkunjung ke Kota Batu. Potensi yang berbeda-beda tersebut, juga akan membuat wisatawan untuk tinggal lebih lama di Kota Batu.

“Bisa saja orang merasa tiga hari tidak cukup untuk di Kota Batu, tapi jadi empat hari. Akhirnya, ekonomi jalan dan tumbuh, karena tidak semua sama. Tapi kalau semua sama, buah, akhirnya orang bosan,” katanya.

Penyuluh Pertanian Kecamatan Bumiaji, Abdul Komar menyampaikan, banyak pohon apel di Kota Batu yang masuk usia kritis. Karena itu, perlu dilakukan perbaikan unsur hara yang bisa digenjot dengan penggunaan pupuk organik.

“Sayangnya hingga saat ini para petani masih kesulitan untuk mencukupi kebutuhan pupuk organik,” kata Dul Komar.

Dia juga menyampaikan, menurunnya kualitas apel di Kota Batu turut disebabkan karena minimnya jumlah varietas.

“Sebab itu, kami berharap ada penelitian yang bisa memunculkan varietas-varietas baru apel Kota Batu. Selain itu, para petani juga berharap bisa mendapatkan kemudahan untuk memperoleh pupuk kompos,” harap Dul Komar.(end)