Lahan Pertanian Rusak, Petani Apel Kota Batu Inginkan Bantuan Pupuk Organik

Pertanian apel di Kota Batu mengalami masa suram. Produktivitas tanaman apel menyusut karena rusaknya lahan pertanian akibat penggunaan pupuk kimia berkepanjangan. (DPKP Kota Batu/Malangvoice)

MALANGVOICE – Menurunnya kualitas tanah dikeluhkan para petani apel Kota Batu. Rusaknya lahan pertanian apel tak lepas dari pemakaian pupuk kimia berkepanjangan.

Imbasnya produktivitas tanaman untuk menghasilkan buah menurun. Upaya revitalisasi lahan pun didambakan petani untuk menyelamatkan apel yang notabene ikon Kota Batu.

Wakil Ketua Poktan Maju Bersama Desa Tulungrejo, Utomo berharap Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan (DPKP) bisa membawa solusi memecahkan persoalan itu. Paling tidak, dinas bisa memberi stimulan bantuan pupuk organik sehingga bisa kembali memperkaya kandungan unsur hara.

“Kami mintanya tidak muluk-muluk, cukup pupuk kandang dan bibit saja untuk menyelamatkan apel. Karena jika diberi pupuk kimia juga percuma bagi kami,” ujar Utomo.

Ia mengatakan, selama ini bantuan yang diberikan hanya pupuk cair kimia bagi anggota poktan berjumlah 25 orang. Tiap anggota menerima 5-6 botol pupuk cair kimia. Jumlah itu pun tak sebanding dengan luas kebun petani.

“Kalau diberi pupuk kandang misalnya kita diberi bantuan 25 ton tiap kelompok tani. Otomatis tiap petani mendapatkan 1 ton pupuk. Itu cukup efektif dan bermanfaat,” imbuh dia.

Sementara itu Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Harijadi Agung mengatakan jika pihaknya akan memberikan kucuran bantuan pada 2022 sebanyak Rp 530 juta. Nantinya bantuan itu akan dibagi menjadi 3 bantuan.

Pertama, pihaknya akan menggelontorkan Rp 190 juta untuk bantuan bibit apel. Dilanjut Rp 190 juta untuk bantuan revitalisasi atau peremajaan apel. Terkahir sebesar Rp 150 juta akan digelontorkan untuk bantuan petani terdampk banjir di Desa Sumbergondo dan Bulukerto.

“Kami juga memahami bahwa keadaan pertanin apel saat ini sudah tidak semulus dahulu. Bahkan banyak yang gulung tikar dan beralih pada komoditas pertanian lain,” jelas Agung.

Beralihnya petani apel menanam komoditas lain, bukan tanpa alasan. Mahalnya biaya perawatan namun hasil tak sebanding menjadi faktor utama kenapa budidaya apel ditinggalkan. Jika terus menerus seperti ini, maka apel sebagai ikon Kota Batu ini akan tergerus

DPKP pun meminta agar petani memperbaiki kualitas lahan menggunakan pupuk organik. Tingginya unsur hara pada tanah diyakini bisa memperbaiki produktivitas tanaman apel.

“Selain untuk meremajakan tanah lagi, juga untuk menakan biaya produksi,” paparnya.(der)