Masa Kelam Budidaya Apel, Ikon Kota Batu Terancam Tenggelam

Buah apel dipilih sebagai ikon Kota Batu. Ironisnya lahan budidaya apel maupun produktivitasnya terus menyusut. (MVoice/Pemkot Batu).

MALANGVOICE – Rasa pesimistis menggelayuti para petani apel, banyak dari mereka beralih membudidayakan tanaman jeruk.

Kegelisahan petani muncul karena produktivitas dan harga jual terus jeblok. Belum lagi ongkos perawatannya yang mahal.

Padahal dulunya buah ini menjadi primadona yang mengangkat kesejahteraan petani pada era 90an. Menyusutnya lahan pertanian apel, maka semakin pudar pula buah apel yang dijadikan ikon Kota Batu.

Penyuluh Pertanian Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Abdul Qomar mengatakan, merosotnya produktivitas apel karena rata-rata pohonnya berusia 40-50 tahun.

Baca juga : Lahan Pertanian Rusak, Petani Apel Kota Batu Inginkan Bantuan Pupuk Organik

Serta kualitas lahannya memburuk disebabkan pemakaian pupuk kimia berkepanjangan. Sehingga butuh kerja ekstra untuk melakukan tata kelola membenahi lahan yang rusak.

“Banyak apel di Kota Batu yang sudah kritis, perlu dilakukan perbaikan unsur hara yang bisa digenjot dengan pupuk organik. Cuma saat ini petani masih kesulitan untuk mencukupi kebutuhan pupuk organik,” kata Qomar.

Baca juga : Pertahankan Eksistensi Apel di Kota Batu, Dewan Fasilitasi Hearing

Di sisi lain, Qomar menyinggung perlu penelitian agar varietas apel di Kota Batu bertambah. Saat ini ada empat varietas apel, yakni ana, rome beauty, manalagi dan wanglin. Keinginannya itupun disampaikan ke Komisi IV DPR RI saat kunjungan kerja ke Kota Batu beberapa hari lalu.

“Harapan kami ada penelitian untuk memunculkan varietas baru yang tahan segala cuaca. Sebab, apel rentan terserang penyakit mata ayam ketika musim hujan. Akibatnya produktivitas yang dihasilkan pun merosot drastis,” terang dia.

Baca juga : Nihil Penghasilan, Petani Apel Kota Batu Terlilit Utang hingga Rp2,3 Miliar

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu, lahan apel terus menyusut dari tahun ke tahun. Pada 2015 lalu luas lahan apel mencapai 1,768,27 hektar. Kini pada 2022 tersisa seluas 1.092 hektar.

Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini mengatakan, perlu upaya restorasi lahan. Ia tak ingin buah yang dijadikan ikon Kota Batu ini hanya tinggal kenangan. Justru, harus dilakukan penanganan secara komprehensif agar petani bisa merasakan masa keemasan apel seperti di era 90an.

Baca juga : Petani Kanigoro Pagelaran Terima Bantuan Alsintan dari Presiden Jokowi

Pihaknya berkomitmen, untuk bersama-sama mengatasi permasalahan apel di Kota Batu. Mulai dari penyediaan sara pupuk organik, penelitian pengembangan varietas apel baru, mengatasi permasalahan subsidi pupuk hingga melakukan restorasi tanah untuk mengembalikan unsur hara.

“Jangan sampai apel Kota Batu ini punah. Sebab seperti yang telah kita ketahui bersama, apel Kota Batu mengalami penurunan yang sangat luar biasa,” seru dia saat kunjungan kerja ke Desa Tulunrejo, Kota Batu pada 15 September lalu.(der)