Nihil Penghasilan, Petani Apel Kota Batu Terlilit Utang hingga Rp2,3 Miliar

Petani Apel asal Dusun Binangun, Kota Batu, Selamet (Aan)

MALANGVOICE – Akibat penyakit mata ayam yang melanda apel di Kota Batu selama tiga tahun ini, petani apel tercekik hutang. Betapa tidak, selama tiga tahun ini kebanyakan petani apel nihil penghasilan.

Seperti yang dialami petani apel asal Dusun Binangun, Bumiaji, Kota Batu, Selamet. Sejak tahun 2018 ia selalu membuang hasil panennya karena tak layak jual.

“Apel saya terserang penyakit mata ayam sehingga tidak layak jual. Sehingga terpaksa hasil panennya saya biarkan tidak dipetik,” jelasnya.

Jika ditotal dari tahun 2018 hingga 2020, maka dirinya membuang hasil panennya sebesar 240 ton. Padahal biaya produksi terus berjalan namun nihil penghasilan.

“Saya harus hutang ke bank untuk menutup biaya produksi. Total utang saya mencapai Rp 2,3 miliar,” keluhnya.

Pasalnya setiap produksi ia harus menggocek dana sebesar Rp 600 juta. Sedangkan ia memiliki kebun apel seluas 8 hektare.

Ketika ditanya mengapa ia masih berkutat menjadi petani apel ia mengatakan bahwa ia mau mempertahankan ikon Kota Batu sebagai Kota Apel. Komitmen itu harus ia tempuh dengan berdarah-darah.

Pasalnya Pemkot Batu dalam hal ini Dispertan tidak memberi perhatian kepada apel Kota Batu. Hal ini dapat dilihat dengan berlarut-larutnya permasalahan penyakit mata ayam ini tanpa tindakan yang jelas.

“Kami sampai saat ini belum pernah dikunjungi oleh pemerintah. Ditambah lagi sosialisasi penyuluh seringnya beda dengan kondisi lapangan,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa banyak teman-temannya yang petani apel beralih ke jeruk. Namun dirinya enggan melakukan itu karena kebanggaannya terhadap apel lokal Kota Batu. Hal itu membuat dirinya dijuluki sebagai “petani wani loro” atau petani berani sakit.

Ia enggan Kota Apel di Kota Batu hanya sebatas slogan saja. Pasalnya jika apel Kota Batu diberi perawatan yang baik kualitasnya masih bagus.

Namun dirinya saat ini dapat sedikit lega karena menemui titik terang atas penyakit ini. Pasalnya Pegiat Pertanian asal Kota Batu Rudy Madiyanto telah menemukan obat untuk permasalahan ini.

Ia merupakan petani pertama yang mencoba produk dari Rudy. Setelah dua bulan ia menemukan apelnya kembali bagus.

“Saya mengidam-idamkan pemerintah untuk mengatur harga apel yang berpihak kepada petani apel Kota Batu. Karena sudah lama sekali kami mengalami kerugian dan hutang kemana-mana,” tandasnya.(der)