MALANGVOICE– Bisnis vila di Kota Batu makin muram karena tersingkir oleh keberadaan hotel-hotel nonbintang yang kian menjamur. Persaingan pun begitu sengit karena pengelola hotel kelas melati berani banting harga.
Hal itu membuat minat pelanggan beralih memilih hotel-hotel nonbintang sehingga berimbas pada menurunnya omzet bisnis vila. Alih-alih berbicara laba, untuk menutup biaya operasional saja, pemilik vila sudah kelimpungan.
“Banyak hotel membuat promo dan akhirnya menurunkan harga. Otomatis dengan adanya hal itu berimbas ke vila. Masyarakat lebih memilih ke hotel yang harganya murah,” ujar Ketua Paguyuban Villa Supo Songgoriti, Indra Tri Ariyono.
Baca juga:
Film Netflix “Dear David” Kisah Remaja dengan Cerita yang Tidak Biasa
Bayar Tiket 1 Rupiah Bisa Nonton Livin Festival Musik Anak Negeri di Malang
Fun Touring Rasakan Kenyamanan Honda CB150X
Hasanuddin Wahid dan Kemendikbud Ristek Harapkan Penggunaan Dana BOS di Malang Bisa Tepat Sasaran
Ia menyebutkan, tarif sewa vila paling mahal sekitar Rp150 ribu. Selisihnya begitu tipis dengan tarif yang ditawarkan hotel-hotel non bintang berkisar Rp200ribu-Rp250 ribu. Otomatis masyarakat akan banyak yang memilih hotel. Sebab, sarana dan prasarana yang dimiliki hotel lebih menarik.
“Sekarang villa maupun homestay di Songgoriti itu mematok harga paling mahal Rp150 ribu. Ketika hotel mematok harga Rp200 ribu-250 ribu, kemudian mereka punya fasilitasnya lebih, pasti banyak yang pilih hotel,” terang Indra.
Baca juga:
Bernuansa Desa, Bata Merah Guest House Sediakan Tiga Konsep Kamar Berbeda
Geliatkan Pamor Kawasan Songgoriti sebagai Destinasi Wisata Budaya Kota Batu
Bangunan Ilegal Tumbuh Subur di Kota Batu, DPRD: Akibat Pembiaran Eksekutif
Selain itu, dia juga menyebutkan, invasi dari vendor atau pihak ketiga yang bekerja sama dengan hotel dan homestay turut menjadi penyebab lain minat masyarakat maupun wisatawan terhadap Vila Songgoriti berkurang.
“Dengan persaingan harga kemudian ditambah lagi vendor-vendor masuk, lalu mereka menjatuhkan harga sampai Rp70 ribu itu kan repot. Udah jatuh tertimpa tangga dengan adanya vendor atau pihak ketiga itu,” kata Indra.
Ketika permasalahan ini tidak segera dicarikan solusi, tentu akan berdampak sangat parah bagi warga yang memiliki usaha vila atau penginapan di Songgoriti. Indra pun berharap Pemkot Batu bisa memberikan solusi dalam menangani permasalahan ini.
“Harapan kami adanya peran aktif pemerintah kota. Vila dan yang lainnya, ayo dirembuk dengan PHRI. Bagaimana kelanjutan harga, fasilitas, homestay ditentukan diharga berapa,” harapnya.
Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai menyampaikan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya berencana membuat aplikasi bekerjasama dengan salah satu vendor. Lewat aplikasi tersebut, bisa by name by adress villa-villa yang ada di Kota Batu.
“Kami akan masukkan vila-vila Kota Batu ke dalam aplikasi tersebut. Sehingga masyarakat tahu, dimana saja ada vila yang dapat diakses. Karena selama ini mereka masih mempromosikan sendiri,” ujarnya.
Ia mengatakan, aplikasi itu masih dalam tahap pengerjaan. Nantinya akan diberikan secara gratis kepada tiap pengelola vila. “Melalui aplikasi itu, pelanggan tahu lokasi, kondisi ruangannya, bentuk vila, harga. Ini bertujuan mendongkrak jasa penginapan vila,” imbuh dia.
Lebih lanjut, Aries menegaskan, Pemkot Batu tak lagi mengeluarkan izin pembangunan hotel-hotel kelas melati. Perizinan hanya diberikan untuk pembangunan hotel kelas bintang 4 ke atas.
“Ini bertujuan supaya tingkat persaingan di bawah tidak ketat. Kasian para pemilik villa. Karena itu, kami pastikan jika ada hotel melati masuk, tidak akan kami beri izin,” pungkas dia.(end)