22 Kampung Tematik di Kota Malang Tutup Total, 7 Event Besar Diundur

Kampung Warna-warni Jodipan Malang (Foto Gilatripgoodnewsfromindonesia.id)
Kampung Warna-warni Jodipan Malang (Foto Gilatripgoodnewsfromindonesia.id)

MALANGVOICE – Sebanyak 22 kampung tematik di Kota Malang kini telah ditutup selama 18 hari, hingga penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat selesai.

Hal itu dilakukan untuk memenuhi salah satu poin yakni fasiltas umum mulai dari area publik, taman umum, tempat wisata, tempat wisata umum, tutup sementara selama PPKM Darurat berlangsung.

“Kampung tematik kan masuk dalam wisata ada juga fasilitas guide tour lokal. Karena kondisi pandemi covid-19, kampung tematik ditutup, tidak disediakan pelayanan ke wisataan,” ujar Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Ki Demang Isa Wahyudi, Minggu (4/7).

Meski begitu, bagi beberapa kampung tematik yang berbasis belanja seperti, kampung keramik dan Sanan masih diperbolehkan untuk buka. Namun hanya sebatas berjualan tanpa menyediakan fasilitas wisata.

“Intinya untuk kepentingan-kepentingan diluar wisata seperti belanja ke toko, berziarah dan lain-lain itu tetep diperbolehkan,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa Ki Demang itu membeberkan bahwa pada bulan Juli saat ini ada tujuh event besar yang bakal digelar yakni event festival kali brantas, termasuk event-event di kampung-kampung tematik, kampung keramik dinoyo, kampung gerabah penanggungan, kampung warna warni, biru arema, 3D.

Namun karena bertepatan dengan PPKM Darurat, akhirnya diputuskan untuk di pindah ke bulan selanjutnya. Lantaran tidak mengetahui secara pasti kapan berakhirnya kebijakan tersebut.

“Kita khawatir dengan ppkm yang darurat begini. Itu tidak ada kepastian kapan berakhirnya kita lihat polanya juga sama. Biasanya diperpanjang terus. Ketika sudah ada kelonggaran. Forkom pokdarwis akan komunikasi dengan dinas terkait,” ucap dia.

Diakhir, Ki Demang berharap agar PPKM Darurat ini bisa segera selesai, kemudian kampung tematik bisa kembali dibuka tentunya dengan mengedepankan protokol kesehatan (Prokes) sehingga bisa terhindar dari penularan covid-19.

“Karena kampung tematik ini kebanyakan wisata yang membaur dengan orang kampung. Maka dari itu kami jauh lebih berhati hati dan ketat, dalam hal membuka kembali,” tandasnya.(end)