MALANGVOICE– Potensi munculnya narasi-narasi politik identitas patut diwaspadai menjelang Pemilu 2024.
Merebaknya politik identitas berbasis SARA sebagai cara menghimpun kekuatan politik sama saja menggerus prinsip demokrasi. Terlebih lagi dapat menciptakan jurang pemisah yang mengancam persatuan di tengah masyakat majemuk.
Praktik politik identitas dibalut ujaran kebencian menjadi jebakan bagi kelompok pemilih yang belum memiliki kesadaran politik secara matang. Dengan masyarakat yang multikultural, konstruksi isu-isu primordial perlu dibendung.
Sarasehan dan Gelar Budaya Kebangsaan dalam rangka menyukseskan gelaran pemilu digelar Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Batu (Sabtu, 10/6). Organisasi yang berada di bawah binaan Bakesbangpol Kota Batu ini berkeinginan pemilu bisa berjalan sejuk.
“FPK sebagai organisasi pemerintah, berperan menjaga kerukunan antar suku yang ada di Kota Batu. Melalui forum ini, kami berharap bisa menjadi wadah keberagaman etnis di Kota Batu. Dengan tujuan dapat bermanfaat kepada anggota FPK untuk menyongsong Pemilu 2024,” ujar Ketua FPK Kota Batu Tri Wahyuni Widiestuti.
Perempuan yang akrab disapa Ninik itu menuturkan, perlu sosialisasi secara mendalam perlu diberikan kepada anggota FPK Kota Batu. Dalam keanggotaan FPK Kota Batu, terdapat berbagai etnis dari seluruh penjuru Indonesia.
“Jelang Pemilu kami khawatir ada konflik. Terutama konflik identitas, contohnya seperti konflik antar agama dan suku. Maka dari itu, lewat FPK ini harus diperangi. Agar pesta demokrasi bisa berjalan aman dan sukses. Apapun pilihannya nanti, kita harus tetap satu,” tegasnya.
Baca juga:
Dirjen HAM Apresiasi Ruang Ramah HAM Kantor Imigrasi Malang, Layak Dapat P2HAM
Petakan Area Rawan Kecelakaan, Canangkan Penambahan Jalan Berkelok di Jalur Klemuk
Gedung SD Sunan Kalijogo Terbakar, Penyebab Masih Misterius
Skor IKP Kota Batu Sedang, Polarisasi Masyarakat Berpotensi Muncul saat Pemilu 2024
Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengatakan, dirinya melihat ada Bhineka Tunggal Ika mini di Kota Batu. Sebab hampir seluruh suku di Indonesia ada di Kota Batu.
“Dengan adanya hal ini, Kota Batu bukan kota kecil yang bisa dianggap enteng. Karena hampir seluruh suku budaya di Indonesia ada di Kota Batu,” ujarnya.
Dengan adanya hal tersebut, kemudian juga menjelang Pemilu 2024. Aries berharap, kerukunan bisa terus tumbuh di Kota Batu. Mempertahankan tren positif sebelumnya, yakni tidak pernah ada pertikaian antar suku, agam dan lainnya yang terjadi di kota Batu.
“Saya tidak pernah mendengar ada pertikaian antar suku, agama dan lainnya terjadi di Kota Batu. Maka hal ini harus terus dipertahankan. Guna mewujudkan Bhineka Tunggal Ika yang sudah terbentuk dengan baik,” ujar dia.
Aries juga sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan FPK tersebut. Karena itu, dia berharap kegiatan serupa tak berhenti sampai disini. Dengan terus menggelar sarasehan dan diskusi yang berkelanjutan, untuk menjaga kebudayaan yang dimiliki.
“Melalui forum yang digelar ini, kami berharap bisa terus meningkatkan tali silaturahmi dari berbagai elemen. Tak hanya suku bangsa dan agama saja. Tapi yang lainnya juga. Bisa berkolaborasi dengan berbagai ormas. Dengan tujuan agar Kota Batu bisa menjadi rujukan nasional. Bahwa semua suku bangsa dan agama bisa rukun di Kota Batu,” jelas Aries.
Pada sarasehan yang menampilkan narasumber Ketua KPU Kota Batu, Mardiono dan Ketua Bawaslu Kota Batu, Abdur Rochman tersebut, Aries menekankan kepada seluruh peserta untuk mengambil ilmu tentang Kepemiluan sebanyak-banyaknya.
“Ketua KPU dan Bawaslu bisa memberikan masukan tentang Pemilu 2024. Dengan tujuan agar Pemilu mendatang berjalan sukses. Dimana indikator Pemilu sukses adalah partisipasi masyarakat yang tinggi,” tandasnya.(der)