Tren Ibu Rumah Tangga di Kota Batu Idap HIV Meningkat

Kasus HIV/AIDS di Kota Batu didominasi usia produktif. (MVoice/gettyimages.com)

MALANGVOICE – Dinkes Kota Batu mencatat sepanjang 2014 hingga 2022, kasus orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mencapai 346 orang. Mayoritas pengidapnya berusia produktif rentang 25-49 tahun.

Kepala Dinkes Kota Batu, Kartika Trisulandari mengungkapkan, pada 2022, ada penambahan 45 kasus HIV baru dengan lima kasus kematian. Ia merinci, 33 pengidap merupakan warga Kota Batu, sisanya 12 pengidap merupakan warga luar daerah.

“Didominasi usia produktif. Tren kenaikan kasus pada ibu rumah tangga (IRT) dan laki-laki seks laki-laki (LSL),” tutur Kartika.

Baca juga:
Sejumlah Atlet Kota Batu Borong Trofi Kejuaran BMX GCC Drop The Gate Seri 5 & 6

Peserta Pemilu Bertambah, KPU Batu Pastikan Partai Ummat Memenuhi Syarat

Bangun Herd Immunity, Sutiaji Serahkan Penghargaan dari Kemenkes RI ke Puluhan Nakes

Temuan Kerangka Manusia di Kebun Tebu Kepanjen, Polisi: Analisis Korban Laki-laki

Selama ini, Dinkes Kota Batu melakukan tiga langkah untuk meminimalisasi penularan HIV/AIDS. Yakni dengan kegiatan promotif, preventif, serta perbaikan sarana dan kualitas layanan. Kegiatan promotif dilakukan berupa penyuluhan, pembagian leaflet, dan menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS ke masyarakat.

Kegiatan tersebut terutama menyasar kepada remaja karena merupakan masa penting dalam pembentukan cara pikir dan perilaku.

Baca juga:
Bakal Ada Puskesmas Pelayanan HIV/AIDS di Kota Batu

Masyarakat Peduli HIV/AIDS Desak Pemkot Malang Realisaaikan Perdanya

”Kalau kegiatan preventif atau pencegahan berupa skrining populasi kunci. Seperti ibu hamil, pasien tuberculosis, pasien infeksi menular seksual (IMS), pekerja seks, waria dan pengguna narkotika,” lanjut Kartika.

Upaya preventif juga dilakukan dengan menerapkan sistem layanan komprehensif berkesinambungan (LKB). Pasien tes HIV/ AIDS yang ditemukan positif akan dilanjutkan hingga ke pengobatan, konseling, dan dukungan moril.

”Kami juga mengupayakan untuk perbaikan sistem pelayanan,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, stigma dan diskriminasi HIV di Kota Batu masih tinggi. Ini menyebabkan penemuan kasus baru terhambat dan masalah sosial yang kompleks.

“Mulai dari pengucilan masyarakat terhadap ODHA dan keluarga, hingga masalah pribadi dari pengidap sendiri. Misal menyangkut pekerjaan atau rumah tangga,” tandas Kartika.

Untuk mengatasi itu, pihaknya terus berupaya melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa ODHA juga memiliki hak yang setara dengan masyarakat lainnya.

“Dengan cara mengeliminasi stigma diskriminasi kepada ODHA, adanya dukungan yang baik dari masyarakat kepada penderita dan keluarga,” pungkas dia.(end)