Suporter Sepakbola se Indonesia akan Berkumpul di Malang, Ada Apa?

Didik Suhardi
(MVoice/tangkapan layar)

MALANGVOICE – Suporter sepakbola seluruh Indonesia akan berkumpul di Malang untuk melakukan rembuk nasional, 23-24 Oktober 2022 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Mereka akan membahas sekitar reposisi dan empowering (pemberdayakan) eksistensi suporter dalam kerangka transformasi persepakbolaan nasional.

Acara rembuk nasional suporter sepakbola ini diprakarsai Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy berkolaborasi dengan UMM.

Baca Juga: Polresta Malang Kota Jamin Pendidikan Alfiansyah hingga Jadi Polisi

Didik Suhardi, Deputi 5 Kemenko PMK mengatakan, di Jakarta, Selasa (18/10), acara ini bermula dari dari keinginan insan sepakbola untuk bangkit pasca insiden Stadion Kanjuruhan Malang, 1 Oktober 2022.

Untuk itulah Kemenko memberikan tempat kepada stakeholder sepakbola, khususnya para suporter berembuk bersama-sama merefleksi diri, memberikan sumbangsih untuk sepak bola Indonesia yang lebih baik, aman dan menghibur serta memberikan kebanggaan bangsa Indonesia.

“Suporter memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan persepakbolaan nasional,” tegasnya.

Baca Juga: Seluruh Kades di Kota Batu Dapat Lencana Desa Mandiri

Menurut Didik, pesertanya adalah delegasi dari kelompok suporter klub anggota Divisi satu dan Divisi dua Liga Indonesia Baru (LIB).

Panitia juga mengundang tokoh-tokoh suporter secara individual seperti Andi Peci (Bonek), Richard Ahmad (Jakmania), Ovan Tobing dan Ade De Cross (Aremania).

Selain suporter pihaknya akan mengundang Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dan Menpora Zainudin Amali. Mereka menjadi keynote speaker.

Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo

Panitia juga menghadirkan narasumber antara lain, Rafi Ahmad, artis yang juga pemilik Klub RANS Cilegon FC, Dr Abul Azis, pangamat sosial yang juga dosen Fisip Universitas Brawijaya (UB) Malang, Aremania senior Anto Baret.

Sebagaimana diberitakan insiden Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan kompetisi Liga Indonesia Baru (LIB).

Insiden itu mengakibatkan 132 nyawa melayang, lebih 700 orang luka-luka yang sebagian kini masih dirawat di rumah sakit. Mereka terdiri dari laki-laki perempuan, anak-anak sampai orang tua.

Baca Juga: Sengketa Tanah dan Bangunan di Kayutangan Heritage, Pemilik Ajukan Gugatan Perlawanan

Ratusan korban itu terdiri dari penonton, pedagang asongan dan polisi. Merupakan insiden sepak bola terbesar di dunia dalam 40 tahun terakhir, melampaui tragedi Stadion Heysel Brussel yang menewaskan 39 orang dan 600 luka-luka.

Menurut temuan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) dan Komnas HAM penyebab utama jatuh korban adalah karena aparat keamanan menggunakan gas air mata yang membuat penonton panik, saling berdesak berebut keluar stadion.

Ketua TGIPF Mahfud MD menegaskan, tragedi itu sangat mengerikan. Jauh lebih ngeri dari yang ditayangkan di media.(*)

Naskah kiriman Anwar Hudijono, wartawan senior
(Disclaimer: Isi naskah bukan tanggung jawab redaksi)