Satu Tahun, Dua Pesawat Militer Jatuh di Malang

Kilas Balik 2016 di Malang Raya

Jenazah korban C-130 Hercules A1334 saat tiba di Skadron Udara 32, beberapa waktu lalu (Tika)
Jenazah korban C-130 Hercules A1334 saat tiba di Skadron Udara 32, beberapa waktu lalu (Tika)

MALANGVOICE – Bisa dikatakan, 2016 menjadi tahun yang kelam bagi dunia penerbangan di Lanud Abdulrahman Saleh.

Pasalnya, dua pesawat militer dari Lanud mengalami kecelakaan yang menyebabkan total korban meninggal sebanyak 17 orang.

Kejadian memilukan pertama tanggal 10 Februari 2016 pukul 10.09. Saat itu pesawat Super Tucano TT 3108 yang diterbangkan oleh Mayor (Pnb) Ivy Safatillah dan kopilot, Serma Syaiful Arief Rahman melakukan flight test.

Pesawat jatuh di perumahan padat penduduk, Jalan LA Sucipto gang XII. Menimpa salah satu rumah yang mengakibatkan pemiliknya, Erma Wahyuningtyas (47) dan penghuni kos, Nurcholis (27) serta meluluh lantakkan rumah itu.

Pesawat jatuh dengan posisi vertikal dan menghujam tanah. Tubuh pilot terlontar beberapa kilometer dari Tucano dan ditemukan di areal persawahan di Singosari. Sementara tubuh Serma Syaiful di dalam kockpit pesawat.

Pesawat tempur taktis produksi Embraer Defence and Security Brazil ini melakukan tes terbang setelah menjalani perawatan rutin 300 jam terbang.

Pesawat lepas landas dari landasan pacu pukul 09.25. Pukul 09.59 menara kontrol kehilangan komunikasi dengan pesawat. Diperkirakan, Tucano jatuh 10 menit setelah kehilangan komunikasi.

Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Agus Supriatna waktu itu menjelaskan, tes terbang dilaksanakan di ketinggian 25 ribu kaki untuk mencari kecepatan point 56 match number.

Kemudian, turun di ketinggian 15 ribu kaki, pilot berkomunikasi dengan menara kontrol mengenai performance pesawat.

Kejadian kedua, penghujung tahun, pesawat C-130 Hercules A1334 yang terbang ke Wamena jatuh pada Minggu (18/12).

Pesawat ini diterbangkan oleh Mayor (Pnb) Marlon Ardilles Kawer beserta dengan 11 kru lainnya dan seorang penumpang atas nama Kapten (Lek) Rino.

Pesawat yang tengah menjalani misi navigasi exercise ini hilang kontak pada pukul 06.09 WIT. Sebelum hilang kontak, alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang didapatkan dengan mekanisme hibah dari Royal Australian Air Force (RAAF) ini tower inside (terlihat secara manual) akan landing di Runway 33 pada pukul 06.08.

Naas, satu menit kemudian hilang kontak. Dikabarkan menabrak Gunung Tugima. Kejadian ini menewaskan semua kru dan penumpang.

Komandan Lanud Abdulrahman Saleh, Marsma TNI Julexi Tambayong menjelaskan, dia sudah memiliki program unggulan untuk mencegah kecelakaan terbang.

“Saya memiliki program zero accident. Kita tingkatkan semua performance baik sumber daya manusia (SDM) atau peralatannya,” kata dia saat ditemui di Lanud ketika pelaksanaan upacara passing in and out bersama mantan Danlanud, Marsma TNI Djoko Senoputro, belum lama ini.